Mohon tunggu...
Detha Arya Tifada
Detha Arya Tifada Mohon Tunggu... Editor - Content Writer

Journalist | Email: dethazyo@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Meresapi Pasar Santa

11 Desember 2014   09:57 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:33 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_340624" align="aligncenter" width="640" caption="pasar santa tampak depan/tifada.com"][/caption]

Dahulu pasar ini tak lebih dari sekedar pasar tradisional seperti yang lainnya, becek, berbau tak sedap serta kumuh selalu dikaitkan. Seakan indra penglihatan dan penciuman tak pernah lupa dengan khas-an pasar tradisional ini. Dari awal mula merantau untuk menuntut ilmu di Jakarta, tepatnya 2010 menjadi awal saya memasuki pasar yang terletak di Jalan Cipaku yang tak jauh dari Jalan Wolter Mongosidi, Jakarta Selatan, suasana yang biasa saja, tanpa ada satu yang menarik hati selain harga yang relatif murah untuk kebutuhan sehari-hari yang menjadi daya tarik utama.

Pasar Santa itulah namanya, pasar yang hadir sekitar tahun 70-an awal ini kini menjadi buah bibir di kalangan anak muda, baik dari diskusi ala tongkrongan hingga di sudut kampus. Sampai-sampai ada ungkapan “belum gaul kalau belum menginjakkan kaki di Pasar Santa,” Padahal pasar ini dari 2007 hingga pertengahan 2014 geliat usaha di sini biasa saja alias sepi.

[caption id="attachment_340626" align="aligncenter" width="640" caption="parkiran kendaraan yang luas/tifada.com"]

1418240944753593878
1418240944753593878
[/caption]

Yang lalu adalah masa lalu, begitu jika ingin menyikapinya secara bijak. Sekarang, semua telah berubah, seiring waktu imej tradisional di Pasar Santa yang menjual keperluan sehari-hari mulai berubah. Keberanian kepala pasar menggandeng beberapa komunitas untuk membuka toko dirasa membuka jalan akan perpaduan antara tradisional dan modern. Meskipun sekarang terlihat pemandangan berbeda, nilai pasar sebagai tulang punggung ekonomi rakyat yang mengais rejeki sehari-hari di pasar tak ditinggalkan. Adanya banyak komunitas yang mengisi tiap kios-kios yang disewakan dengan harga yang murah 3,5 juta mampu mengangkat perputaran ekonomi dengan perpaduan pedagang yang menjual keperluan sehari-hari dengan pedagang yang berasal dari komunitas.

[caption id="attachment_340625" align="aligncenter" width="640" caption="pedagang lama/tifada.com"]

14182408941691298847
14182408941691298847
[/caption]

Ketika Selasa siang (9/12), tanpa sengaja seorang teman, mengajak bertemu di Pasar Santa. Seketika tanpa basa-basi, ajakan tersebut langsung diiyakan. Meskipun jarak dari rumah menuju Pasar Santa relatif dekat. Tak dipungkiri intensitas mengunjungi pasar tersebut jarang alias tak ada yang mengajak. Informasi dari media sosial hingga berita-berita yang mengisi program acara yang di televisi menayangkan aktivitas pasar yang berubah menjadi tongkrongan anak muda menambah rasa ingin tahu dan tingginya keinginan untuk mengunjungi pasar tersebut sekali lagi, sekedar menikmati dan mengetahui resep yang mampu menarik anak muda untuk beranjak dari tongkrongan sehari-hari dan berpindah menuju pasar.

Di Sini Kita Berjumpa

Tak dipungkiri Pasar Santa semakin dikenal oleh anak muda seantero Jakarta berkat adanya komunitas-komunitas dengan beragam barang dagangan yang lain dari lain semisal action figure tertentu, sepatu, hingga piringan hitam yang khas berbaur dengan gramophone.

Salah satu yang terlihat serta sempat menyediakan waktu untuk berbincang-bincang adalah sebuah kios yang menjajakan action figure Star Wars yang bermula sebuah film yang populer di era 70-an. Berawal dari kolektor action figure hingga menyediakan akses untuk mereka yang memiliki hobi yang sama itulah yang dilakukan. Tak hanya menjual, kiosnya pun menjadi sebuah base camp bagi mereka pecinta action figure Star Wars.

[caption id="attachment_340627" align="aligncenter" width="640" caption="kios action figure/tifada.com"]

1418240994982642770
1418240994982642770
[/caption]

“Sebenarnya kios hanya sebagai base camp saja, kebanyakan aktivitas menjual dilakukan secara online saja dan diakhiri dengan ketemu langsung alias COD,” tutur pemilik kios action figure Star Wars.

[caption id="attachment_340628" align="aligncenter" width="360" caption="diskusi pedagang dan pembeli/tifada.com"]

1418241050595253974
1418241050595253974
[/caption]

Penuturannya benar adanya. Ketika secara pribadi menyambangi pasar, tampak beberapa pecinta action figure mampir untuk sekedar bertukar cerita serta melihat-lihat koleksi yang dijajakan di kios yang terletak di basement. Action figure yang dijual cukup variatif dimulai dari yang termurah 50 ribu hingga yang termahal menyentuh angka 1 juta.

[caption id="attachment_340630" align="aligncenter" width="640" caption="koleksi piringan hitam yang dijual/tifada.com"]

14182411521415718845
14182411521415718845
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun