Mohon tunggu...
Detha Arya Tifada
Detha Arya Tifada Mohon Tunggu... Editor - Content Writer

Journalist | Email: dethazyo@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Tradisi Ramadan dalam Ingatan Masyarakat Betawi

9 Mei 2019   15:39 Diperbarui: 9 Mei 2019   16:06 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Betawi Tempo Doeloe/ dethazyo

Ketika berbicara terkait menelusuri sejarah kebudayaan betawi, kebanyakan orang akan menganggap sinetron terkenal keluaran tahun 1994, "Si Doel Anak Sekolahan," sebagai rujukan yang mampu membuka ingatan akan masyarakat betawi. 

Namun, berbeda dengan diri pribadi yang senantiasa bukan masyarakat Betawi, justru mengenal Betawi secara luas berkat membaca karya-karya dari ahli lingustik bahasa Indonesia sekaligus bahasa Betawi, bapak Abdul Chaer.

Betapa tidak, kontribusi beliau dalam memetakan bahasa dan budaya betawi, menurut diri pribadi tak perlu diragukan lagi. Maka, tak salah kalah membahas tradisi ramadhan ala masyarakat Betawi, buku beliau dengan judul "Betawi Tempo Doeloe" dapat menjadi salah satu rujukan.

Kenapa yang diulas tradisi ramadan masyarakat Betawi? Salah satunya, karena diri pribadi saat ini hidup dan berkembang di Jakarta, serta menyimpan kekaguman kala bersentuhan dengan budaya Betawi, baik Betawi kota, orang Betawi yang tinggal dekat kota, maupun orang Betawi jauh dari kota.

Lainnya, cukup meminjam pendapat dari Dr. Snock Hurgronje yang datang ke Indonesia pada 1889 untuk membantu memadamkan perlawanan Aceh, ia mengungkap bahwa di Nusantara ini, tak ada yang lebih religius daripada orang betawi.

Pendapat beliau saat itu patut dijadikan rujukan, dikarenakan ada sebabnya. Pertama, sejak usia dini anak-anak betawi telah diajarkan agama islam, mulai dari mengaji, sholat, berkelakuan baik, dan mengenal tuhannya. Kedua, orang betawi tempo dulu lebih mementingkan pendidikan agama dibanding pendidikan umum. Ketiga, hampir setiap kampung terdapat ustaz atau ustazah yang mengajar ngaji dengan iklas karena Allah lillahi ta'ala.

Perkara sejauh mana masyarakat betawi dalam mengaplikasikan ajaran agama masuk menjadi tradisi kala Ramadan. Maka pastikan Anda sekalian membaca habis tulisan ini karena didalam tiap tradisi yang terekam, selalu ada nilai-nilai kehidupan yang diselipkan. Oleh karenanya, tanpa berlama-lama inilah beberapa diantaranya. Cekidott..

1. Nganter

Tradisi nganter dari zaman dulu hingga sekarang masih diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam bulan Ramadan. Tradisi yang secara hafiah diartikan mengantarkan sesuatu pada orang lain yang patut diberikan anteran (mertua, nenek dan lain-lain). Semisal, saat ada seseorang baru saja habis ngalap (memetik) buah dari kebun, lalu membaginya ke tetangga-tetangga. Serta saat memasak sesuatu masakan istimewa yang notabene bukan masakan sehari-hari, lalu membagikan masakannya sedikit ke tetangga.

Biasanya, tetangga yang lebih dahulu nganter, nantinya akan mendapatkan kiriman makanan atau buah sebagai bentuk balasan. Mau tak mau, keakraban pun dengan mudah tercipta dari proses nganter -- balesan ini. Puncaknya, tradisi ini akan semakin semarak saat sehari sebelum hari raya Idul fitri menyapa. Mengapa? Karena sejauh mata memandang, tiap warga dengan senyuman di wajah nganter masakan ataupun makanan. Maka tak salah, Abdul Chaer, menganggap nganter secara sosiologis memiliki nilai sosial yang tinggi, sebab akan menjalin tali kekeluargaan sekaligus persahabatan.

2. Memberi Uang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun