Mohon tunggu...
Desyta Rina Marta Guritno
Desyta Rina Marta Guritno Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka Menulis dan Membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Riverside

15 November 2022   07:05 Diperbarui: 15 November 2022   07:28 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Tepi Sungai (Pixabay/luxstorm )

Belanja bulanan dengan uang pas-pasan bukan perkara mudah, apalagi kalau hidup di kota yang apa-apa serba mahal. Pagi itu Josephine menenteng tas belanjaannya sendiri, kedua tangannya penuh belanjaan untuk satu bulan kedepan, meskipun sebagian kebutuhan utamanya sudah terpenuhi, benaknya berkecamuk apakah besok aka nada pundi pounsterling yang bisa dia dapat untuk bertahan hidup di negeri Ratu Elizabeth ini.

Josephine susah payah merapatkan jaket yang menutup tubuhnya agar tetap hangat, suhu Kota London saat itu rendah, menusuk-nusuk tulang, musim gugur 20 tahun terakhir ini tak serta mengugurkan rasa getir yang dirasanya. Jo tidak langsung pulang, dia memutuskan untuk melewati tepi sungai Thames yang tampak tenang pagi itu. Disini dia biasa menghabiskan waktu setelah pulang kerja, sekadar menikmati udara dan kebebasan.

Dia menuju ke sebuah kursi yang biasa didudukinya, letak kursi itu strategis, tidak terlalu dekat dengan jalan tapi masih bisa melihat Tower Bridge dan Sungai Thames dengan sangat jelas. Tas belanjaan tadi diletakkan di sebelah kirinya, Jo pun mulai meregangkan tubuh yang cukup kelelahan membawa barang yang begitu banyak.

Satu dua orang berlalu lalang, sepertinya mereka mau berangkat kerja, mungkin juga belanja seperti Jo, yang membawa anak pasti mau mengantar anaknya ke sekolah. Tepi Sungai Thames menjadi saksi berbagai peristiwa, yang senang, sedih, kalut, semua itu pernah dialami Jo disini. Pertemuannya dengan Arthur, kebersamaan mereka, hingga perpisahannya, disaksikan oleh tiang-tiang lampu dan pagar pembatas besi.

Entah kenapa Jo suka sekali mengenang semua peristiwa itu, meskipun menyakitkan, Jo menikmatinya. Hatinya penuh kala melihat wanita yang dilamar pasangannya minggu lalu, ingat ketika Arthur menyatakan cintanya disini.

Tapi perasaan bahagia itu tidak berlangsung lama, di tepi sungai Thames yang menawan ini, dibawah pohon yang daunnya berguguran, Arthur mengatakan harus pergi bertugas untuk misi perdamaian. Jo tak kuasa, membiarkan Arthur pergi sama saja meneguk racun tikus. 20 tahun lamanya Arthur pergi dan tidak kembali, selama itu pula dia tidak pernah sekalipun mengirim kabar.

Jo benar-benar seperti mayat hidup kala ditinggal Arthur. Dia hanya hidup mengandalkan penghasilannya bekerja di toko kue kecil di Back End yang bisa dibilang pas-pasan untuk hidup di tengah kota London. Tak ada lagi hasrat dalam hatinya untuk kembali memulai hubungan dan membuka lembar hidup yang baru, Arthur tak terganti di hati Jo.

Sampai di rumah, seperti biasa, Jo selalu melihat kotak surat yang sudah usang dan berkarat miliknya, siapa tahu ada kabar menggembirakan yang datang dari Arthur. Seperti biasa juga, kotak itu kosong. Hanya ada beberapa ekor laba-laba yang sedang sibuk memintal jala.

Namun, ada sesuatu yang menghentikan langkahnya ketika dia hendak menaiki tangga menuju pintu. Sebuah surat dengan amplop berwarna cokelat dan perangko bergambar bunga lily, bunga kesukaan Jo, tergeletak begitu saja di tanah.

Jo mengambil surat itu dan membacanya, air matanya jatuh seketika kala melihat nama pengirim surat ini, Arthur James Johnson, suaminya. Dia mengatakan akan menemui Jo di tepi Sungai Thames sore ini, di tempat terakhir mereka berpisah dua puluh tahun silam.

Sebuah tanya terbesit dalam benak Jo, kalau Arthur memang berniat untuk pulang, mengapa dia tidak datang ke rumah? Apa dia sudah lupa alamat rumah ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun