Makan sahur, bagi sebagian orang yang tidak terbiasa bangun pagi mungkin agak berat. Terkadang, hingga waktu sudah mendekati imsyak pun mata masih lengket. Mungkin inilah sebuah hal yang menjadi ide adanya acara-acara dari berbagai media saat sahur.
Salah satu yang cukup ramai adalah televisi. Banyak acara yang bisa ditonton saat makan sahur, sehingga mata bisa melek dan rasa kantuk hilang. Semua stasiun televisi seakan-akan berlomba menayangkan acara terbaiknya. Â Namun, apakah acara televisi adalah segalanya? Tentu tidak, Marimar!
Dulu, sekitar tahun 90an, televisi merupakan barang langka dan mahal. Tidak seperti sekarang, dulu di kampung bisa dihitung dengan jari tangan, siapa yang memiliki televisi. Saat sahur pun, belum ada acara televisi seperti sekarang, karena jam 12 malam biasanya televisi sudah bergaris pelangi.
Ada salah satu hiburan saat makan sahur kala itu, yaitu sandiwara radio. Bila di sinetron kita melihat orang-orang bermain peran, maka di sandiwara radio, kita mendengarkan orang bermain peran. Mungkin anak jaman sekarang tidak tahu sandiwara radio ini. Salah satu radio yang memutar sandiwara radio adalah Radio Arma Sebelas. Setiap jam 3 pagi, kami sudah siap makan sahur sambil memastikan gelombang radio pas di Radio Arma Sebelas.
Uniknya, tak seperti stasiun televisi yang beramai-ramai menanyangkan acara ramadhan dengan hiburan, lawakan, atau lainnya, radio malah menyiarkan sandiwara radio dengan genre horor alias misteri.
Sayang, semua itu hanya tinggal kenangan. Meskipun yang bermain peran suara adalah para penyiar radio mereka sendiri, tetapi itu tak mengurangi ketegangan saat menyimak isi sandiwara. Sungguh, saya rindu masa-masa itu!
Jogja, 7 April 2023
Salam hangat dari saya, yang jadi terkenang saat ikut produksi sandiwara radio saat masih kelas 1 SD.
