Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jangan Bilang Bapak

13 Mei 2023   02:48 Diperbarui: 13 Mei 2023   02:59 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.antaranews.com/

"Selamat siang Nanda, kenalkan ini Tante Desy, mamanya Naya," kataku akhirnya setelah berhasil menghubungi Ananda via phone.  Sebab sebelumnya bahkan WA sekalipun hanya dibacanya tanpa dibalas.

Lanjut aku menyampaikan tujuanku, "Nanda, tante dan beberapa teman hendak berbagi kuota untuk beberapa bulan ke depan.  Tidak untuk semua anak di kelas kita.  Hanya untuk mereka yang memang memerlukan.  Pertimbangannya beberapa dari kalian tentunya butuh selama pembelajaran online ini.  Tapi janji yah dipakai untuk belajar."

"Terima kasih tante, tapi jangan tan.  Nanti bapak marah, kalau tahu saya menerima kuota.  Tolong, jangan tante.  Sebab saya hanya boleh menerima pemberian bapak."  Begitu bergetar nada ketakutan Nanda di telepon dan aku sama sekali tidak menduga.  Membuatku menjadi ingin tahu, dan kalau boleh bicara kepada orang tuanya.

"Maaf, saya tidak berani memberikan nomor bapak, ataupun membiarkan tante bicara ke bapak.  Nanti saya dipukul, saya takut tan.  Tapi tante bisa bicara dengan ibu.  Ibu saya di Batam, pisah dengan bapak.  Saya ikut bapak, begitulah yang saya tahu.  Tapi tante jangan bilang apapun tentang saya ke ibu.  Sudah yah tante, nanti nomor ibu saya WA ke tante."  Berbisik penuh ketakutan Nanda mengakhiri percakapan kami tergesa.

Singkat cerita, aku pada akhirnya menghubungi nomor yang diberikan Nanda.  Ceritapun mengalir tanpa aku mengoreknya sama sekali.   Cerita tentang perceraian sepasang suami istri, dan anak-anak diputuskan ikut dengan bapaknya.  Sedangkan si ibu bekerja di Batam, dan selama ini sembunyi-sembunyi mengirimkan uang kepada Ananda si sulung.  Kenapa sembunyi, karena demi menghindari Nanda mengalami tindak kekerasan.  Sederhana, karena si bapak tidak ingin menerima rupiah dari sang mantan istri, sekalipun sebenarnya secara ekonomi mereka memprihatinkan.

Berlanjut, aku berhasil mendapatkan nomor si bapak lewat mantan istrinya ini.  Setelah berpikir keras, akhirnya aku putuskan mengirim WA memperkenalkan diriku sebagai WOTK (Wakil Orang tua Kelas) atau kordinator kelas di kelas putrinya.  Menyampaikan tujuanku ingin membagi kuota rutin dalam beberapa bulan ke depan.  Kuota yang kami berikan tanpa ikatan apapun demi menunjang pembelajaran online di waktu pandemi.

Aku tidak menyinggung apapun selain menyampaikan maksud, yaitu kuota.  Hingga satu waktu, kembali aku dan beberapa teman memiliki kegiatan berbagi sembako.  Aku pun menyertakan Nanda dalam list untuk sembako.  Kali ini, aku putuskan untuk langsung menelpon si bapak, dan disambut baik.

Tidak sekedar baik, tetapi juga cerita.  Cerita tentang keretakan rumah tangganya, dan penyesalannya jika Nanda beserta adek-adeknya kerap menjadi korban kekerasan dirinya.  Entah dibentak, ditampar ataupun dipukul.  Hal yang dilakukannya tanpa maksud melukai.  Tetapi semua karena emosi, karena kesulitan hidup, karena lapar, karena miskin, dan merasa ketidakadilan.

"Percayalah bu, saya menyayangi anak-anak saya.  Mungkin ibu tahu bahwa Nanda kerap saya pukul.  Mungkin ibu juga tahu kehancuran keluarga kami.  Kemudian bagaimana berantakkannya sekolah Nanda, dan bahkan hancurnya Nanda karena menjadi keras kepala."  Mengalir dan mengalir cerita itu disampaikan dengan lirih suara hancur hati seorang bapak.

Kisah ini nyata, hanya beberapa nama tidak.  Cerita tentang perceraian, yang dianggap sebagai solusi.  Tetapi faktanya, solusi tersebut hanya untuk si bapak dan si ibu.  Lalu bagaimana dengan anak?  Nyatanya Nanda berserta adeknya menjadi korban.  Sementara kedua orang tuanya katakanlah lepas dari pertikaian di antara mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun