Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Praktek Joki, Cermin Kemerosotan Moral dan Integritas

19 Februari 2023   04:00 Diperbarui: 19 Februari 2023   05:53 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://mahasiswaindonesia.id/

Praktek Joki bukanlah hal baru.  Serta bukan hal yang "dilarang" terang-terangan.  Lumrah dan mendarah daging sekalipun di dunia pendidikan.  Bahkan ini sudah dimulai dari lingkup SD, dan menjadi rahasia umum ramai di lingkungan perkuliahan.  Tidak ada yang aneh, sebab hanya menyoal moral dan integritas saja.  Ehhhmmm.... apakah ada yang peduli?  Heheh...mirisnya hanya segelintir!

Sebenarnya tanpa disadari para orang tua pun sering menjadi joki tugas anaknya.  Jujur saja tidak sedikit orang tua yang rela meluangkan waktunya "jam kerja" untuk mengerjakan tugas anaknya.  "Ma, Pa...aku ada prakarya dari stik ice cream.  Tolong bantuin yah Ma, Pa."   Di lain waktu, "Ma, Pa....duh...PR aku banyak banget.  Gimana nih, bingung aku."

Simsalabim...mengatasnamakan sayang yang kebablasan Mama dan Papa pun turun tangan.  Alih-alih bantu hanya memberikan saran dan ide, justru diselesaikan tuntas!  Akhirnya, bukan sulap bukan sihir, hasil prakarya si anak mendapatkan nilai sempurna.  Kemudian, tumben-tumbennya PR Matematika yang tadinya jadi momok si buah hati, pun bisa diselesaikan dengan benar dan mendapat nilai 100!  Prok...prok...orang tua bahagia, dan anak pun sudahlah pasti.  Tetapi apakah ini menyelesaikan?

Pastinya tidak!  Kenapa demikian, karena tidak sedikit pula ada anak yang berimprovisasi meminta temannya untuk membuatkan.  Targetnya adalah mendapatkan "kesempurnaan" nilai.  Tentu dengan iming-iming ditraktir ataupun cash uang kontan.  Ngiler melihat temannya mendapatkan nilai bagus.  Kenapa tidak mencoba menggunakan "jasa" teman untuk membuatkan.  Toh, mama dan papa tidak tahu.  Mereka hanya peduli nilai saja kok.

Kocaknya sekalipun di lingkungan SD gayung bersambut.  Apalagi di zaman sekarang ketika tugas lebih banyak dikerjakan dengan disubmit di Google Classroom.  Makin muluslah langkah perjokian ala-ala bocil alias bocah cilik ini.  Terus...dan terus...berlanjut hingga jenjang pendidikan lebih tinggi.  Termasuk ketika kita bicara lingkungan perkuliahan, alias mahasiswa.

Justru disini lebih lihai permainannya.  Sasarannya adalah anak-anak yang dianggap pintar.  Kembali, gayung bersambut, utamanya oleh anak rantau.  Lumayanlah mengerjakan proyek dari kakak tingkat, dompet jadi agak terisi.  Hahaha...salah siapa?  Maka mungkin bisa dikatakan, jika tidak ada pasar, maka tidak ada transaksi.

Namun sebenarnya semua adalah menyoal moral dan integritas per individu.  Adapun moral merujuk Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah (ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya; akhlak; budi pekerti; susila.  Sedangkan integritas iindakan, perilaku, atau sikap yang perlu dimiliki seseorang dalam dunia kerja atau prinsip kehidupan. Sederhananya, integritas adalah kejujuran yang menjadi prinsip dan selalu dipegang teguh.

Mari kembali kepada atas nama sayang yang dilakukan oleh para orang tua.  Apakah ini tidak merusak pengertian salah dan benar, serta baik dan buruk si anak?  Di mana nilai yang seharusnya diajarkan tetapi dirusak sendiri oleh si orang tua.  Sehingga jika ini dianggap boleh dan wajar.  Tidaklah heran mendapati anak usia SD siap menyuap temannya untuk mengerjakan tugasnya.  Berkembang menjadi kreativitas usia SD pun kepikiran menjadi joki demi traktiran, misalnya.

Nah, konon pula kita bicara joki di level perkuliahan ataupun joki ilmiah sekalipun yang katankanlah kastanya makin tinggi.  Siapa yang peduli, jika nilai moral dan integritas sudah menjadi abu-abu di tengah masyarakat.

Katakanlan jika setiap individu menyadari hitam dan putihnya maka hal perjokian tidak akan panjang umur hingga hari ini.  Ngeri, kita bahkan dapat melihat tawaran jasa joki di media sosial seperti Instagram di setiap kali penerimaan mahasiswa baru.  Sekalipun disangkal oleh banyak pihak, namun nyatanya ada dan bisa dibuktikan dengan jepretan photo soal di setiap kali ujian penerimaan mahasiswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun