Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Di Usia Berapa Anak Diajarkan Mandiri?

17 September 2022   22:13 Diperbarui: 17 September 2022   22:14 1369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melatih anak mandiri bukanlah perkara mudah.  Padahal mandiri juga bicara mengenai tanggungjawab nantinya.  Tetapi, sebagian orang terlupa mengajarkannya dan mengira akan terjadi dengan sendirinya.   "Ooo...tidak apa-apalah kalau dibantu, namanya juga masih kecil," suara satu orang tua.  Tetapi, ada juga pendapat yang berbeda, "Dulu, di zaman kami seusiamu sudah bisa mengurus rumah, bla...bla...dan bla..."

Asyik-asyik saja sih mendengar komentar seperti ini.  Meski tidak sepenuhnya tepat.  Sebab, di dalam mendidik tidak bisa berlaku sama untuk setiap anak.  Beberapa catatan penting yang mempengaruhi dalam hal mendidik yaitu:

  • Anak adalah individu berbeda.
  • Mendidik kemandirian haruslah disesuaikan dengan umurnya.
  • Anak bukanlah copy paste orang tua.
  • Zaman berubah.
  • Pengaruh karakter budaya, status sosial, bahkan anak kota dan desa

Namun sebelumnya apa sih yang dimaksud dengan mandiri?  Kemandirian merupakan tingkat perkembangan seseorang yang ditandai dengan kemampuan berdiri sendiri dan mengandalkan kemampuannya untuk melakukan berbagai kegiatan dan menyelesaikan berbagai masalah tanpa bergantung pada orang lain.

Adapun membentuk anak menjadi mandiri tidak terjadi dengan instan.  Sifat mandiri tidak terjadi dengan sendirinya hanya karena si anak bertambah umurnya.  Melainkan harus dilatih sejak anak di usia dini dan sesuai dengan tumbuh kembangnya.  Sehingga nantinya anak tidak bergantung kepada orang lain.

Adapun merujuk teori Erik Erikson, masa kritis melatih kemandirian anak adalah pada usia 2 -- 3 tahun.  Jika tidak mengembangkan potensi kemandirian berisiko memiliki hambatan perkembangan kemandirian hingga dewasa.  Namun sebagai pengingat, kita tentu familiar dengan ungkapan "the golden age" yaitu usia 5 tahun di mana anak dibentuk.

Mencoba berbagi pengalaman ketika melihat seorang teman anakku tidak bisa mengancingkan bajunya sendiri.  Di lain waktu, anak yang berbeda ada yang tidak bisa mengikat tali sepatunya.  Padahal mereka adalah anak usia kelas 6 SD, anggaplah sekitar 12 -- 13 tahun.  Jujurnya shock, tetapi demikianlah fakta yang ada.  Ngeri, karena bagi saya ketidakmandirian berujung manja.  Bahkan cenderung menjadi pribadi tidak bertanggungjawab nantinya.

Ambil contoh sederhana, kebiasaan menyuapi anak.  Alasannya, supaya makannya lebih banyak.  Padahal kebiasaan ini seharusnya sudah dihentikan di usia 3 tahun.  Selain dimaksudkan untuk melatih mandiri.  Ini juga untuk menghindari anak menjadi pemilih dalam menentukan lauk makanannya, melatih ketrampilan makan anak, dan juga bertanggungjawab terhadap makanannya.

Contoh lainnya, kita pun kerap menemui anak yang tidak dibiasakan merapikan mainannya, ataupun mengurus perlengkapan sekolahnya.  Kemudian kita mengatasnamakan sayang membantu hari lepas hari.  Sementara mandiri sesungguhnya erat kaitannya dengan tanggungjawab si anak.

Kebayang betapa kompleks dan bergantungnya si anak nantinya.  Bisa jadi anak menjadi karakter yang rentan, karena terbiasa semua serba dibantu selama ini.  Padahal di kehidupannya nanti, mandiri bukanlah sekedar mengancing baju, mengikat tali sepatu, merapikan mainan, menyapu atau bisa mengurus rumah sekalipun.

Tetapi bagaimana dirinya bisa berdiri sendiri, tanpa menyusahkan atau menjadi beban orang lain.  Logikanya, jika dirinya saja tidak mandiri.  Lalu bagaimana mau bertanggungjawab.  Jika ini telah disadari maka semua akan berjalan baik secara paralel.  Disini saya membahasakannya, "sudah selesai dengan dirinya."   Dia akan tumbuh menjadi pribadi tangguh yang bertanggungjawab atas dirinya, dan bahkan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun