Orang-orang yang datang dan pergi tanpa jeda mengisi hari. Mereka yang melintas, atau menetap walau berat. Kehadiran yang nyata tapi rupanya tak sungguh memiliki.  Lalu diriku, haruskah peduli?
Orang-orang yang memberi senyum dan tawa. Â Mereka yang mengisi hariku, walau hanya berpura. Â Kehadiran semu, berujung luka. Â Kemanakah aku, haruskah membenci atau lupa?
Orang-orang yang mengejar mimpi, sementara aku sendiri hampa. Â Kemanakah diriku, yang tak berharta kecuali doa milikku berharga.
Orang-orang yang melempar amarah, bak aku sampah. Â Haruskah aku menjadi resah, dan pasrah? Â Kemanakah diriku, jika terpuruk dalam kebencian abadi.
Datang dan pergi berulang untuk ribuan kali. Â Demikian senyum dan tawa penuh tipu daya adalah nyata, dan aku tak' harus terluka karenanya.
Orang-orang yang mewarnai hidupku, menguji tuk' membedakan surga dan neraka. Â Sebab hidup adalah ketulusan yang terpancar dari hati.
Orang-orang yang datang dan pergi berulang dan aku menimbang. Â Aku bukan mereka, dan tak harus membenci walau tercampak.
Datang dan pergi, memberiku arti ketulusan hati sejati.
Jakarta, 31 Juli 2022