Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Melirik Potensi e-Health Dongkrak Ekonomi Digital Indonesia

2 Desember 2021   01:19 Diperbarui: 2 Desember 2021   02:01 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.klikdokter.com/

Gencarnya Kominfo mendigitalisasi Indonesia berlahan tapi pasti merambah segala aspek.  Kenapa demikian, sebab pesatnya perkembangan infrastruktur dan layanan digital faktanya telah membantu mempercepat pemulihan Indonesia dari pandemi Covid-19.

"Covid-19 adalah hal yang baru tapi dengan tersedianya infrastruktur digital dan layanan digital yang kita siapkan, kita semakin mampu untuk menangani pandemi Covid-19," jelas Johnny.  Dikutip dari: indonesiatech.id

Jujur saja, aku ini masuk golongan konvensional alias tidak percaya jika belanja online.  Apalagi jika berkaitan dengan membeli obat, terlebih lagi jika konsultasi dokter.  Sehingga sekalipun masa pandemi, demi keperluan obat mama, sebulan sekali aku belain datang dan beli ke toko obat. 

Cerita tentang kebetulan dua hari lalu aku belanja obat bulanan di salah satu toko obat di daerah Majestik.  Bagi warga Jakarta pastinya paham toko obat sejenis ini banyak, dan mereka juga bukan kaleng-kaleng karena juga resmi menerima resep dokter.

Tetapi yang menarik bagiku kali ini adalah deretan bapak ojol.  Ternyata mereka ini mengambil orderan obat dari Halodoc yang dipesan penggunanya.  Hal yang tidak pernah terlihat olehku sebelum pandemi.

"Mbak, saya dari dari Halodoc," suara satu dari bapak ojol yang menarik perhatianku.

"Mbak, memangnya aman yah pesan obat di Halodoc?" Pertanyaan jadulku seketika kepada si mbak yang melayaniku.  Hahaha...bayangkan aku yang hidup di era serba digital ternyata kuno banget masih mempertanyakan aplikasi Halodoc yang notabene masuk kategori e-health atau electronic health.  Pastinya juga keberadaannya diakui Kemenkes dan Kominfo.

"Bisalah dan aman kak.  Jangankan obat, kakak mau konsultasi kesehatan saja bisa di Halodoc.  Bahkan ada beberapa aplikasi kesehatan sejenis, misalnya Alodokter, KlikDokter, Go-Dok.  Kakak google saja, ada yang lainnya lagi kok.  Konsultasi dokter juga bisa kak, tanya-tanya begitu kak.  Jika dirasa perlu, barulah direkomendasi ke rumah sakit."  Katanya menjawab dengan paham sekali.

Hikss.....malu hati banget, rupanya aku ketinggalan 1000 langkah.  Sekalipun sudah lama mendengar Halodoc dan rombongannya.  Tetapi buktinya aku hanya percaya pesan makanan online saja selama ini.  Padahal Halodoc juga salah satu startup, tetapi di bidang kesehatan, dan berkolaborasi dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

Aku jadi teringat pernah membaca ketika Menkominfo Johnny Plate mengatakan bahwa layanan digital sangat membantu penanganan Covid lewat berbagai layanan telemedisin, termasuk salah satunya aplikasi PeduliLindungi, Pcare dan SMILE.

Serius, ini benar sekali!  Berdasarkan pemandangan dari perjalananku ke Majestik ketika itu.  Terjadi perubahan kebiasaan masyarakat yang bertanggungjawab menggunakan aplikasi PeduliLindungi.

Aku katakan bertanggungjawab, karena memang ketika itu pengawas tidak tampak meminta.  Setelah mencuci tangan, auto membuka aplikasi dan melakukan scan pada barcode yang tersedia.  Kemudian lanjut memeriksa suhu, barulah memasuki areal pertokoan.

Setuju dong, bisa disimpulkan, infrastruktur dan layanan digital menjadi berguna ketika masyarakat turut berperan aktif menggunakannya dengan bijak.  Berjalan paralel nantinya dengan terpantaunya pandemi.  Serta, dengan kata lain, di masa depan e-health adalah potensi untuk mendongkrak ekonomi digital di Indonesia.

Harapan inilah yang digaungkan Johnny Plate kepada pelaku industri e-health untuk memanfaatkan momentum Presidensi G20 Indonesia tahun 2022.  Menurutnya valuasi sektor ekonomi digital diperkirakan akan mencapai sekitar USD70 Miliar atau Rp1.000 Trilliun di tahun 2021.  Sementara secara data tercatat Indonesia menempati urutan ke-3  sebagai pengguna internet terbesar di Asia, setelah Tiongkok dan India.  Jadi sangatlah beralasan jika dikatakan potensi e-health sangatlah berpeluang di Indonesia.

Meminjam istilah kekinian, "Hari gini apa sih yang tidak digital."   Nyatanya, digitalisasi memang terbukti telah mendongkrak ekonomi Indonesia bangkit dari keterpurukan.

Melenceng sedikit, jika kini masyarakat terbiasa, atau bahkan menjadikannya gaya hidup memesan makanan melalui aplikasi.  Lalu kenapa hal yang serupa tidak bisa juga berlaku di dunia kesehatan melalui aplikasi e-health.

Potensi dan perubahan inilah yang mungkin belum "ramah" bagi sebagian masyarakat Indonesia.  Ada baiknya dimulai dari diri kita sendiri, termasuk aku yang harus merubah pola pikir kuno dan membiasakan hidup di era new normal dengan menggunakan e-health untuk layanan kesehatan.

Opiniku, jelas kemajuan teknologi mengubah gaya hidup kita termasuk dunia kesehatan.  Digital tidak hanya membantu mengatasi pandemi, sebab kini interaksi tidak selalu diartikan pertemuan fisik.  Namun di saat bersamaan untuk Indonesia, isu e-health menjadi potensi mendongkrak ekonomi digital tanah air.

Jakarta, 2 Desember 2021

Sumber:

https://www.indonesiatech.id/2021/12/01/kominfo-umumkan-hasil-evaluasi-pemanfaatan-infrastruktur-digital-selama-masa-pandemi/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun