Cerita beberapa bulan belakangan ini bersama putriku sedang mencoba menanam cabe dan tomat. Â Serius, ternyata susah sekali, bahkan untuk tumbuh saja butuh waktu cukup lama. Â Sekarang pun ketika sudah berhasil tumbuh menjadi pohon, ternyata lama sekali untuk bertambah tinggi. Â Jujur, rasanya sudah nyaris 2 bulan tetapi tingginya hanya di kisaran 10 cm. Â Hahhaha...entahlah ini salah atau benar pertumbuhannya.
Kembali lagi kepada keputusan iparku petani milineal, salut aku dengan keputusannya. Â Terlebih iparku ini pernah merasakan nyamannya sebagai orang kantoran. Â Tetapi mau turun ke ladang menjadi petani di bawah terik matahari, dan menempuh ribuan kilo dari Medan ke kampung.Â
Totalitasnya yang tidak lelah terus belajar dari berbagai sumber. Â Kenapa, karena saat ini selain dari kelompok tani. Â Kita juga bisa belajar bercocok tanam dari youtube ataupun media digital lainnya.
Hidup di zaman teknologi harusnya membuat pengetahuan dan wawasan semakin terbuka. Â Keberadaan internet misalnya, setiap waktu kita bisa mencari informasi. Â Bahkan setiap waktu kita bisa promosi dan melakukan transaksi. Â Inilah bagian dari gaya petani milieal, melibatkan teknologi untuk menjadi lebih maju.
Sehingga jika kita kembali kepada pertanyaan di awal apakah Indonesia masih layak disebut negara agraris, maka jawabannya 1000 persen layak!
Iparku hanya satu dari sekian banyak generasi milenial yang konon kini berpendapat menjadi petani itu adalah profesi bergengsi. Â Ini pandapat yang bukan baru, tetapi jauh sebelum pandemi semakin banyak milenial tertarik menjadi petani. Â Bahkan ucapan Presiden Jokowi bisa memperkuat semangat ini, bahwa ketika pandemi hampir semua sektor berkontribusi minus, dan hanya sektor pertanian tumbuh positif.
Ke depan Indonesia akan dipimpin oleh generasi Apha, yaitu mereka yang lahir setelah tahun 2010. Â Mereka ini sangat bergantung dengan teknologi, seperti halnya generasi Z yang lahir tahun 1995-2010. Â Dimana mereka yang lahir di tahun tersebut sudah familiar dengan teknologi.
Sehingga keberadaan generasi milineal yang kini berlahan memilih menjadi petani adalah harapan baru dan wajah Indonesia di masa depan. Â Citra petani yang dipenuhi lumpur, mencangkul manual dan ditemani kerbau harus sudah diubah pandangannya. Â Petani Indonesia di masa depan adalah petani yang menggunakan teknologi, kecerdasan dan wawasan.
Jakarta, 10 November 2021