Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Benarkah Blokir dan Sensor Atasi Konten Negatif?

23 September 2021   10:38 Diperbarui: 29 September 2021   00:45 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi konten yang baik dan tepat untuk anak. (sumber: Dok. Shutterstock/BoonritP via kompas.com)

Meskipun untuk kondisi seperti ini sebenarnya bisa diantisipasi dengan memanfaatkan fitur safety mode. Fitur yang memungkinkan anak berselancar di dunia maya secara aman. Sekaligus mencegah kemungkinan anak mengunjungi konten pornografi. Kembali lagi, kecakapan literasi digital berperan.

Tetapi isunya bukan pornografi. Pornografi hanya sekian dari ancaman kejamnya dunia maya, selain teroris, hoaks, dan isu pemecah belah bangsa.

Intinya, konten negatif selain merusak generasi, juga mempengaruhi serta menghalangi masyarakat untuk mengambil keputusan yang tepat berdasarkan sumber informasi yang benar.

Mencontoh kepada "hoaks" Covid, vaksin dan isu "gagal paham" aplikasi PeduliLindungi. Lanjut tak kalah ngerinya, konten SARA yang rentan memicu konflik.

Jelas blokir dan sensor hanya jadi kejar-kejaran. Ibaratnya mati satu, akan tumbuh seribu. Sementara pikiran dan pemahaman yang bersalahan akan sangat cepat menyebar bak virus. Belum lagi, siapa yang bisa mencegah informasi ini tidak "meracuni" dan menyebar dengan cepat di WA Group?

Di sinilah kesadaran dan kedewasaan warga dunia maya harus ditumbuhkan. Bagaimana caranya, adalah dengan memberikan edukasi kepada masyarakat. Membuat masyarakat melek digital alias sadar pentingnya literasi digital. 

Harapannya, ini akan mengedukasi pengguna internet bersikap bijak. Bijak menggunakan gawai sesuai batasan yang ada, bijak mengakses konten sesuai umur, dan bijak menggunakan sosial media.

Tantangan yang tidak semudah membalik telapak tangan. Bahkan Kominfo sendiri melakukan tiga pendekatan yakni di tingkat hulu, menengah dan hilir, yaitu:

  • Tingkat hulu bekerja sama dengan 10 komunitas, akademisi, lembaga pemerintah dan lembaga masyarakat (LSM). Mendidik masyarakat menghentikan penyembaran konten negatif yang menyesatkan. Serta membiasakan menyebarkan informasi yang akurat dan positif.

  • Tingkat menengah adalah langkah preventif dengan bekerja sama dengan lembaga pemerintah dan platform media sosial. Kominfo menghapus akses konten negatif yang diunggah ke situs web atau platform digital.

  • Tingkat hilir bekerja sama dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk mengambil tindakan yang tepat "sanksi hukum" dalam mencegah penyebaran informasi yang salah dan menyesatkan di ruang digital.

Seharusnya menjaga dimulai dari diri kita, alias dari dari hulu. Kitalah yang menentukan atau jeli menimbang, dan memutuskan baik atau buruknya setiap konten. Apakah konten tersebut akan disebar, atau hanya berhenti di kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun