Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Benarkah Blokir dan Sensor Atasi Konten Negatif?

23 September 2021   10:38 Diperbarui: 29 September 2021   00:45 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi konten yang baik dan tepat untuk anak. (sumber: Dok. Shutterstock/BoonritP via kompas.com)

Pandemi memaksa bermigrasinya aktivitas dari interaksi secara fisik menjadi media komunikasi daring. Sehingga tidak heran jika ini jadi pemicu meningkatnya paparan konten negatif pengguna internet.

Ini terlihat dari angka yang cukup mengkhawatirkan. Per September 2021 saja Johnny Plate Menteri Komunikasi dan Informatika telah menghapus sebanyak 24.531 konten negatif.

Mungkin untuk sesaat ini solusi jitu. Meskipun, sejauh ini sensor dan blokir kurang efektif menangkis sebaran konten negatif di dunia maya. Di sinilah pentingnya literasi digital berjalan parallel untuk memberikan edukasi "ancaman" mengintai di dunia maya.

Kita tahu, dunia maya adalah dunia tanpa batas. Bukan hanya ruang dan waktu yang tak terbatas, tetapi juga penggunanya. Siapa saja bisa berselancar di dunia maya, bahkan dari segala lapisan umur juga bisa. 

Mengerikannya, ini tidak disadari kebanyakan warganet. Padahal, penting sekali menumbuhkan kesadaran bersama menghadirkan internet menjadi tempat yang aman dan ramah bagi semua orang.

"Sebanyak 214 kasus konten pornografi anak, 22.103 kasus konten terkait terorisme, 1.895 kasus konten misinformasi Covid-19, serta 319 konten misinformasi vaksin Covid-19," ujar Johnny, Minggu (19/9).

Ambil contoh resiko pelaksanaan belajar dari rumah secara daring. Secara logika, ancaman konten negatif jelas mengintai. 

Lalu, apakah ini tanggungjawab mutlak Kominfo? Bukankah harusnya peran penting pengawasan orang tua juga menentukan? Artinya, kedua belah pihak haruslah saling mendukung.

Sekarang bayangan, beberapa waktu lalu siapa menyangka sempat ada konten iklan yang diduga bernuansa LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender) di iklan Youtube kids pada acara anak-anak di Indonesia. Tetapi berkat keluhan masyarakat, konten ini berhasil diputus oleh Kominfo. 

Betapa mengerikannya jika masyarakat tidak peka dan menyerahkan semua hanya kepada Kominfo sebagai "polisi" dunia maya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun