Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apakah Kita Sudah Menang?

13 Mei 2021   22:26 Diperbarui: 13 Mei 2021   22:29 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://kabar24.bisnis.com/

Aku percaya setiap agama mengajarkan kebaikan, dan semua prilaku kita di dunia dicatat olehNya, menjadi tanggungjawab pribadi lepas pribadi.  Seorang ibu, atau ayah tidak bisa memesan tempat di surga untuk anaknya, demikian juga sebaliknya.  Kita harus bertanggungjawab masing-masing sesuai dengan amal dan ibadah kita.  Terlepas apapun agama atau keyakinan kita, karena semua sama dimataNya.

Sehingga bagiku kemenangan adalah mengalah diri sendiri.  Alasannya, karena hukum dunia manusia sulit mau mengalah.  Lebih banyak pribadi yang asyik menonjolkan diri, tidak peduli orang lain.  Menilai dan menghakimi orang seenak hatinya seolah biasa dan wajar.  Manusia-manusia yang berteriak, "Aku...aku...dan aku...!"  Semua hal hanyalah tentang diri dan kepentingannya.

Padahal sebagai manusia, kita ini tidak tinggal sendirian di muka bumi ini.  Kita bahkan memiliki saudara di belahan dunia lain, dari berbagai etnis, budaya dan agama.  Harus diingat, manusia sebagai makhluk sosial, butuh orang lain.  Disinilah kuncinya, sejauh mana kita memberi waktu dan mengendalikan diri ketika bersosialisasi.

Mengendalikan lapar dan haus mungkin bisa.  Tetapi mengendalikan diri untuk tidak iri, menilai dan menghakimi orang lain itu sulit.  Kita dituntut bijak dan memiliki kebesaran hati, yang disebut pengendalian diri.  Jamak diri kita akan berpikir," Ini orang sok tahu, enak saja dia begini dan begitu, bla...bla...dan bla....."  Kesimpulan cepat karena kita tidak sungguh tahu cerita sebenarnya, karena kita hanya fokus kepada diri sendiri.  Padahal alangkah baiknya, jika menahan emosi, bersabar dan jadilah pendengar yang baik sebelum bersuara nyaring berakhir salah.

Mengalah bukan kalah, nilai yang aku tanamkan kepada kedua buah hatiku.  Teriak mereka sama, "Mana bisa begitu ma, enak saja dong mereka injak-injak kita."

Heheh...lumrah kalau komentar seperti itu datang dari bocah, dan kewajiban kita orang tua menjelaskan.  Kepada keduanya aku mengatakan, sebab mengalah adalah hal tersulit untuk dilakukan.  Semua orang di dunia ini ingin menang, dan ingin dunia memandangnya.  Tetapi, ketika kita yakin bahwa kita benar dan dapat mempertanggungjawabkan, maka mengalah adalah kemenangan.  Kemenangan karena kita mampu mengalahkan diri kita.

Termasuk ketika kita mau berempati, menekan sebentar hati dan diri ini untuk tidak bablas berprilaku.  Sebisanya kita menjaga perasaan atau hati orang lain.  Jika kita bisa terluka, maka orang lainpun sama.  Jika orang lain seenaknya, apakah kita harus seperti itu juga?  Lha..apa bedanya kita dengan mereka.

Intinya, peperangan tersulit adalah melawan diri kita sendiri.  Sedang melawan orang lain jauh lebih mudah, tinggal mengarang cerita, mempergunjingkanya, atau biar lebih ramai main fisik saja.   Hahah...tetapi itu norak sekali, karena seperti kita tidak mengenal Dia.  Yup, ini semua adalah masalah hati, adakah hati kita diubahkan menjadi manusia yang lebih baik.

Semoga Idul Fitri dan Kenaikan Isa Almasih mengubah kita menjadi manusia yang jauh lebih baik.  Bukan sekedar kemenangan yang semu terikut euforia.  Jadilah pribadi yang semakin baik karena keinginan diri sendiri, bukan karena keterpaksaan.  Sebab petarungan sesungguhnya adalah diri kita.

Jakarta, 13 Mei 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun