Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar Itu Mencari Tahu

7 Mei 2021   02:02 Diperbarui: 7 Mei 2021   02:07 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.tribunnews.com/

Semangat merdeka belajar digaungkan di Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi dalam memperingati Hari Pendidikan Nasional tahun ini.  Harapannya Indonesia mampu menghadirkan para peneliti dan ilmuwan di negeri ini.  Pertanyaannya, apakah ini bisa terealisasi sementara profesi peneliti dan ilmuwan saja terdengar berat.  Belum lagi, fakta proses belajar mengajar di negeri ini masih seperti bocah kecil yang kenyangnya jika disuapin.

Inilah yang terjadi ketika pandemi membuat panik peserta didik, orang tua, dan sekaligus juga guru yang kompak menjadi tergagap-gagap.  Fakta menyedihkan, bahwa selama ini sistem pendidikan kita adalah pasif.   Di mana peserta didik hanya menerima, dan tidak dibiasakan mengeksplorasi mencari tahu.

Ngerinya lagi ada budaya buruk yang menghambat, dilarang banyak bertanya, kerjakan saja.  Salah satu cikal bakal membuat peserta didik malas berkreasi, atau berinovasi.  Padahal definisi dari belajar itu sendiri, adalah mencari tahu.  Bermula dari tidak tahu menjadi tahu dan bisa.  Bahkan dari bisa, harapannya digali dan dikembangkan menjadi hal baru yang lebih baik.

Contoh keseharian saja, banyak anak-anak hanya mengetahui makanan pokok rakyat Indonesia adalah beras, selain singkong atau jagung.  Tetapi, pernahkah terpikirkan bahwa jenis beras itu pun banyak variannya.  Bahwa ternyata untuk memenuhi kebutuhan beras lokal, para peneliti di Departemen Pertanian (Kementan) terus melakukan uji coba menemukan padi yang cepat panen dan berkualitas tinggi.

Sejauh ini saja menurut hasil penelitian pada 2019 ada lima jenis bibit padi unggul baru yang ditemukan oleh Kementan, yaitu padi beras merah (pamelen), padi beras merah aromatik (pamerah), padi basmati (baroma), padi ketan putih (paketih), dan padi beras hitam (jeliteng).  Tidak hanya memenuhi kebutuhan lokal karena cepat panen, tetapi juga berkualitas lebih unggul. 

Sebagai contohnya lagi padi basmati yang bibitnya dari India telah dikawin silangkan dengan padi lokal dan diharapkan nantinya bisa diekspor ke Timur Tengah.  Demikian juga beberapa varian padi unggulan lainnya yang masih terus dalam tahap penelitian.  Ini menjadi harapan yang tidak hanya memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga dapat menghasilkan devisa.

Demikian juga dengan kelapa sawit yang tidak semata diambil minyaknya saja.  Tetapi berkat para peneliti, Pertamina berhasil menghasilkan bahan bakar ramah lingkungan dari 100% minyak sawit mentah (crude palm oil/ CPO).  Tidak hanya itu, Uni Eropa juga gerah ketika Indonesia menghentikan ekspor biji nikel yang merupakan komponen penting di masa depan untuk pembuatan kendaraan listrik.  Lalu dengan berani Indonesia memilih siap berinvestasi pengembangan sel baterai bersama empat BUMN.   Sudah sepantasnya bangsa ini bangga karena dunia dibuat iri dengan kekayaan di negeri ini.

Miris jika semua kekayaan dan potensi yang ada tidak dieksplore oleh anak bangsa, dan kita membiarkan bangsa ini terus menjadi pasif selamanya.

Gaung merdeka belajar membuka kesempatan setiap anak Indonesia menggali dan mencari tahu lebih banyak hal.  Tidak berhenti hanya cukup dengan menelan mentah-mentah semua yang disampaikan oleh tenaga pengajar, atau tertulis di buku. 

Libatkan lebih banyak riset dan penelitian, dan jangan takut dengan istilah penelitian karena terkesan berat dan membosankan.  Disinilah peran tenaga pengajar untuk menciptakan suasana belajar yang hidup dan menarik.  Termasuk materi penelitian pun tidak harus horor, tetapi mulailah dari hal sederhana. 

Sebagai contoh di masa pandemi ini, mungkin peserta didik bisa diajak melakukan riset dan penelitian tentang keseharian pelajar.  Misalnya, apa dampak pandemi dengan perkembangan tekhnologi atau bagaimana pandemi berdampak dalam proses belajar dari sudut pandang psikologis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun