Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sepeda Ibu Madu

21 Maret 2021   00:37 Diperbarui: 21 Maret 2021   11:34 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/

Membicarakan sepeda bagiku klasik banget.  Jadi ingat ketika masa kecil dulu, bapak menghadiahi sepeda di hari ulang tahunku. Heheh....maklum zaman jadul, sepeda pertamaku itu roda tiga di belakang, yang kemudian bisa dicopot menjadi roda 2.

Singkat cerita, ketika aku belajar naik sepeda roda dua.  Wuih...jangan ditanya "tanda cinta" pertinggal gara-gara belajar naik sepeda. Hahah..aku pernah kejebur di got, dan bahkan pernah nyungsup di aspal entah bagaimana ceritanya.  Yup, kepalaku benjol cantik deh.  Yoi, zaman dulu naik sepeda mana ada helm imut seperti zaman now.

Tetapi yang membuat aku terkesan dengan sepeda adalah ketika dulu menyekolahkan kedua anakku di sebuah sekolah swasta cukup bergengsi.  Tersedia fasilitas pendidikan dari playgroup hingga SMA, dan luasnya segambreng.  Tetapi, satu sosok guru wanita benar-benar mencuri perhatian dan hatiku.  Kebanting sekali dengan segala fasilitas wow yang ditawarkan sekolah tersebut.  Guru ini tampil sederhana, apa adanya.

Ibarat Umar Bakrie sosok guru yang fenomenal ke sekolah dengan bersepeda onthel, sosok ini namanya Ibu Madu, seorang guru di SD.  Aku sering melihat si ibu ini bersepeda sederhana setiap hari dengan cueknya, dan setiap kali berpapasan dengan muridnya pasti ada saja satu anak yang nebeng ngebonceng.  Benar-benar bikin leleh hati melihat kebahagiaan antara guru dan muridnya sepedaan di seputar lingkungan sekolah.  Melenggak-lenggok di antara mobil mewah peserta didiknya.

Perjalanan waktu akhirnya membawa putriku menjadi muridnya di kelas 4 dan juga 6 SD.  Hahah...ternyata Ibu Madu memang sosok yang asyik luarbiasa.  Orangnya sederhana, humoris dan super cuek sekali, dan kebetulan rupanya orang Jogya!

Iya Jogya, kota itu selalu mengingatkan dengan sepeda yang sliweran seperti nyamuk.  Hanya saja nggak kebayang, ada seorang guru wanita yang menggunakan sepeda sebagai alat transportasinya mengajar di Kota Jakarta.

Dahsyatnya, ternyata rumah Ibu Madu juga lumayan jauh dari sekolah.  Tetapi, tidak pernah sekalipun Ibu Madu terlambat ke sekolah.  Justru selalu yang paling duluan berada di sekolah, ditemani sepeda sederhananya.

Ketika kedua anakku di SD tersebut tentunya sepeda tidak booming seperti sekarang.  Ibu Madu tidak menggunakan helm khusus, melainkan cukup topi klasik yang melindunginya dari terik matahari.  Ibu Madu juga tidak merasa perlu menggunakan baju khusus pesepeda.  Tetapi dengan bangga digunakannya seragam guru, dan mengayuh sepeda menuju sekolah untuk menemui murid-murid yang menunggunya penuh cinta.

"Ibu Madu...Ibu Maduuuu...saya ikut bu...!" Teriak anak-anak setiap kali berpapasan dengan guru wanita ini.  Lalu si ibu akan berhenti dan membonceng peserta didiknya.  Senyum keduanya menularkanku kebahagiaan.  Padahal aku cuma melihat dari pelataran parkir.

Dulu di awal-awal aku kepikiran, bagaimana kalau hujan yah?

Rupanya, kalau hujan si ibu tetap menggowes, jika tidak terlalu deras.  Kali ini ibu menggunakan jas hujan untuk melindungi dirinya agar tidak basah.  Tetapi jika benar-benar sudah memasuki musim penghujan, maka biasanya Ibu Madu tidak bersepeda ke sekolah.  Menggantinya dengan menggunakan kendaraan umum.

Pernah juga aku kepikiran, si ibu lewat mana yah?  Maklum di Jakarta jalanan super padat, dan ngeri sedap kalau bersepeda.  Ternyata, ooo...ternyataaa...si ibu lewat jalan tikus, alias jalan kampung menuju rumahnya yang berjarak 4 -- 5 Km.  Wow....luarbiasa, karena ini sudah dijalani sejak dulu.  Entah sudah berapa banyak peserta didik yang sukses diajar guru sederhana ini.  Sementara si ibu tetap setia mengayuh sepeda melewati jalan-jalan kecil supaya aman.

Ibu Madu dan sepedanya adalah cerita dan kenangan manisku ketika kedua anakku di sekolah tersebut.  Sepeda Ibu Madu menularkan kebahagiaan ke beberapa anak lainnya.  Seiring waktu, mulai beberapa anak minta izin boleh bersepeda ke sekolah.  Lucunya, mereka minta izin ke Ibu Madu, bukan ke orang tuanya.   Hahahah...

Sebagai guru, guru sederhana ini mendukung dengan catatan harus seizin orang tua, dan rumahnya tidak boleh terlalu jauh dari sekolah.  Selain itu juga mengingatkan untuk memastikan sepedanya nanti terparkir dan terkunci aman di parkiran sekolah.  Maka jadilah sepeda menjadi trend di sekolah kami ketika itu.

Dua tahun sudah, aku dan kedua anakku meninggalkan sekolah tersebut.  Melalui status WA masih sering aku melihat Ibu Madu berjalan dengan sepedanya.  Heheh...kali ini lebih kekinian, sedikit mengikuti aturan bersepeda.

Gowes terus ibu, dan hati-hati.  Salam hormat, dan salut untuk Ibu Madu yang setia mengayuh sepeda, dan setia menemui anak-anak didiknya.

Jakarta, 21 Maret 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun