"Kita jalan ke depan yuks... Â Tante belum mau pulang khan? Â Kita minum dan makan malam dulu di cafe depan," ajaknya. Â Bersama beberapa anak lainnya kami berjalan ke cafe di depan sekolah.
Aku berjalan di depan, membiarkan putriku beserta mantu di belakang bersama beberapa anak lainnya. Â Duuhhh...sore tak biasa, karena itulah hari-hari terakhir mereka bersama di SMP, sebelum akhirnya berpisah melanjutkan di SMA impian masing-masing.
Hoopsss...berlari kami berebut meja bundar. Â Yups, cafe itu terbilang ramai jika weekend, karena hari itu memang hari Jumat termanis.
"Bie...tolong pegangin dompet gua. Â Pesan aja, mau apa aja boleh. Â Sekalian tante juga yah," katanya manis sekali.
Woww....kataku dalam hati, inikah cinta zaman now? Â Bocah tanggung usia SMP traktir calon mertua? Â Zaman berubah kebangetan seru, kataku dalam hati.
Kami lalu menikmati Jumat itu demikian meriah, makan dan minum sambil tertawa saling menggoda. Â Sang mantu jelas banget menaruh hati kepada Bibie putriku yang mati rasa. Â Terlihat si mantu seperti kehabisan akal menghadapi putriku yang masih kekanakan. Â Hahahha...
"Bagaimana tan, tadi belum dijawab. Â Bibie boleh nggak punya cowok" Â Katanya berbisik harap.
Nggak mau kalah, aku juga berbisik, "Siapa cowoknya, kamu?"
Tetapi tidak ada jawaban kecuali senyum malu penuh arti. Â Beberapa mata remaja tanggung sahabat mereka ikutan menyimpan harap malam itu akan ada yang jadian. Â Seorang ABG tanggung dengan berani bertanya langsung kepada aku calon mertuanya.
Cinta yang tak terjawab, pesanan taxiku sudah datang. Â Kuberikan beberapa lembar kertas merah kepada putriku untuk membayar makan malam kami semua, termasuk si mantu.
"Lho...kenapa tante pulang? Â Kenapa tante yang bayar, khan dompetnya sudah di Bibie tan." Katanya protes.