Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Siswi Prancis "Prank" Dunia, Insiden Pemenggalan Seorang Guru

12 Maret 2021   17:04 Diperbarui: 12 Maret 2021   17:20 906
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://international.sindonews.com/

Beberapa waktu lalu Prancis geger dengan insiden pemenggalan Samuel Paty seorang guru sejarah yang dilakukan oleh teroris bernama Abdullakh Anzorov.  Insiden mengerikan dan memancing reaksi dunia.  Berbagai demo, kecaman dan boikot ditujukan kepada Prancis karena dianggap diskiriminasi.

Lalu mendadak cerita berubah bak langit dan dasar sumur, karena ternyata cerita sebenarnya tidaklah demikian.  Semuanya ini bermula karena seorang siswi yang berbohong kepada ayahnya, Brahim Chnina demi menutupi bahwa dirinya sebenarnya sedang diskorsing karena beberapa kali bolos.  Cerita kepada ayahnya dikarangnya setelah mendengar cerita dari teman-temannya yang masuk sekolah ketika itu.  Padahal, kejadian yang sebenarnya tidak seperti yang dikatakan oleh siswi ini.

Kejadian yang sebenarnya, Paty sedang membahas soal tema 'dilema' dalam salah satu kelasnya.  Melemparkan pertanyaan yang berbunyi "Menjadi atau tidak menjadi Charlie?" yang merujuk pada tagar #JeSuisCharlie yang banyak digunakan untuk mendukung surat kabar satire Charlie Hebdo usai kantornya diserang teroris pada Januari 2015 yang menewaskan 12 orang.

Ketika Paty membahas tema dilema ini, disebutkan telah meminta siswa-siswa Muslim di dalam kelasnya yang dianggap akan terkejut agar menutup mata mereka atau berdiri sebentar di koridor saat dia menunjukkan karikatur itu kepada siswa lainnya.

Seperti diketahui bahwa surat kabar Charlie Hebdo sempat membuat geger karena "ketidakpantasannya" menggambarkan Nabi Muhammad.  Tidak seharusnya dan dalam konteks apapun keyakinan atau agama diperolok atau diperlakukan tidak hormat meskipun mengatakan demokrasi berpendapat.  Sepakat bahwa dalam hal apapun kita tidak boleh mempermainkan, merendahkan atau menghina siapapun.

Tetapi kejadiannya tidak demikian, karena Paty tidak memperolok, melainkan ini bagian dari materi pembelajaran mengenai dilema, apakah menjadi atau tidak menjadi Charlie merujuk adanya tagar #JeSuisCharlie.

 Tragis kebohongan siswi memicu emosi sang ayah, sehingga membuat video yang "dibumbui" seakan Paty melakukan diskriminasi, menyebarkan gambar porno dan memicu Islamofobia.  Singkat cerita video tersebut sampai kepada Anzorov seorang radikalisme yang frontal mengeksekusi Samuel Paty dengan kematian mengenaskan, (maaf) terpenggal.

Betapa ironisnya karena kebohongan siswi ini berujung kematian dan juga reaksi keras dunia terhadap Prancis.  Media setempat Le Parisien menyebut siswi itu berbohong karena ingin menyenangkan ayahnya.

"Dia tidak berani mengakui kepada ayahnya soal alasan sebenarnya dia dikeluarkan (dari kelas) sesaat sebelum tragedi, yang pada faktanya terkait dengan perilakunya yang buruk," demikian sebut Le Parisien dalam laporannya.  Dikutip dari: detik.com

Mungkin inilah prank dunia terbesar sejauh ini yang kita ketahui.  Siswi ini tidak pernah memperkirakan akan sengeri ini dampak dari ceritanya kepada sang ayah.  Padahal, maksud awalnya hanya menutupi kalau dirinya diskorsing 2 hari, dan kalau dirinya itu beberapa kali bolos.  Dia tidak ingin ayahnya kecewa jika mengetahui bahwa dia sedang diskorsing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun