Lagi-lagi aku terenyuh, karena ternyata bukannya tidak menemukan jam yang cocok. Â Tetapi karena uang tabungannya tidak cukup. Â Aku memang tidak mencampuri niatnya, dan tidak menanyakan berapa jumlah tabungannya.
"Heheh... jam tangan mahal yah ma. Â Tabunganku enggak cukup ma, bagaimana ini? Â Padahal kakak lagi ulang tahun ma," katanya sedih sambil mengintip kantong celana tempatnya menyimpan hasil celengan.
Tidak hanya aku, tantenya yang ketika itu bersama kami ikutan terenyuh. Â "Bou yang tambahin nanti sayang," begitu kata tantenya dengan mata sedikit berkaca karena haru. Â Lalu bungsuku ini pun mendapatkan semangatnya kembali, "Terima kasih bou," katanya sambil tersenyum ke bounya.
"Kakak...kakak...sini kak. Â Ayo kak, pilih antara ini dan yang ini kakak suka yang mana? Â Aku yang beliin untuk hadiah ultah kakak. Â Jangan pilih yang lain yah, karena uangku kurang, ini juga sisanya bou yang tambahin."
Hahahha...polos banget khan bocahku. Â Aku ingat keduanya pun sibuk memilih jam tangan. Â Singkat cerita, akhirnya jam jadi dibeli, tetapi dua! Iya, bounya tidak tega melihat si bungsu. Â Maka jadilah kedua anakku memakai jam yang sama, tapi beda warna.
Aku sungguh bersyukur, setidaknya cinta dan kasih sayang yang aku tanamkan kepada keduanya telah berbuah manis. Si kakak pun sangat mengasihi adeknya. Â Ketika dulu mereka masih di sekolah yang sama, selalu kakak membela kalau adeknya diisengin teman-temannya. Maklum bocahku yang bungsu ini dulu imut. Â Tetapi kalau sekarang sih sudah lebih tinggi dari aku dan kakaknya. Heheheh..
Bahkan jika papanya sedang bertugas di site, maka bungsuku ini mencoba menjadi papanya. Dia akan sibuk sekali mencereweti aku dan kakak. Harus begini dan harus begitu membawa tas agar tidak disamber orang katanya selalu menjaga kami.
Mimpi bungsuku untuk kakak pastinya masih lama terwujud. Tetapi ini bukan soal mimpi, melainkan hati. Â Aku sangat percaya, jika kita memiliki hati yang penuh cinta dan kasih, maka segalanya bisa diwujudkan.
Perjalanan waktu telah mengajarkan banyak hal kepada keduanya.  Tentang sepotong kue, sepotong paha ayam dan satu cup sundae ice cream yang begitu selangit rasanya  karena sedikit.  Lalu karena sedikit inilah keduanya tumbuh saling mengasihi dan menyimpan mimpi untuk satu dan lainnya sebagai kakak dan adek.
Seperti bungsuku yang mengumpulkan lembar dan kepingan dalam celengannya untuk jam tangan kakak. Â Apalagi jika bukan karena hati yang membuatnya mewujudkan itu semua. Â Semoga untuk seterusnya keduanya tumbuh saling menjaga, mengasihi dan menguatkan hingga dewasa, dan seterusnya. Love you both kids.
Jakarta, 17 Februari 2021