Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cerita Rakyat Si Gale-Gale, Pinokio dari Samosir

10 Januari 2021   00:32 Diperbarui: 10 Januari 2021   01:17 761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.jendeladunia16.com/

Indonesia kaya dengan budayanya, termasuk juga cerita rakyat yang banyak mengandung pesan moral.   Salah satunya cerita rakyat dari Pulau Samosir, boneka kayu si Gale-gale.  Sama-sama boneka kayu seperti Pinokio yang tersohor, tetapi si Gale-Gale punya ceritanya sendiri tentang kerinduan.

Menurut keyakinan rakyat setempat yang diwariskan turun termurun, si Gale-gale merupakan simbol dari seorang anak bernama Manggale. Panglima perang yang merupakan anak tunggal Raja Sahat yang dulu bertakhta di Pulau Samosir.

Sebagai seorang anak Manggale taat dan tunduk kepada ayahnya Raja Sahat yang mempercayainya menjadi panglima perang dan memimpin perang di perbatasan.  Tragis, Manggale tidak kembali, gugur saat berperang.

Kehilangan ini sangat memukul Raja Sahat.  Tidak ada bedanya antara rakyat dan Raja sekalipun tidak pernah ada orang tua yang siap kehilangan buah hatinya.  Sulitnya, sebagai seorang pemimpin Raja Sahat dituntut rela berkorban.  Pemimpin tidak cukup hanya bisanya memerintah dan mengirimkan pasukan untuk bertempur.

Sikap kepemimpinan Raja Sahat dibuktikan dengan merelakan putra tunggalnya sendiri berperang demi rakyatnya.  Raja Sahat, adalah pemimpin yang rela berkorban untuk rakyatnya, melayani dan bukan dilayani.  Kepatuhan dan sikap kesatria Manggale putranya merupakan cermin bagaimana dirinya dibesarkan dengan baik oleh Raja Sahat, baik sebagai raja ataupun ayah.

Digambarkan kemudian ketika kehilangan itu akhirnya tergantikan walaupun lewat sebuah boneka kayu.  Dipahat dari kayu nangka, dan memiliki wajah menyerupai Manggale.  Ritual memanggil roh Manggale juga dilakukan dengan meniup sordan dan memainkan gondang, demi memberikan nafas hidup kepada boneka kayu Manggale ini.  Boneka yang akhirnya bisa mengobati kerinduan seorang ayah, Raja Sahat.

Selain menyampaikan pesan moral bahwa pemimpin harus rela berkorban, Si Gale-gale bercerita dengan jelas hancur hati seorang ayah, walau raja sekalipun.  Mungkin, di dalam kehidupan kita sebagai anak tidak sadar atau cuek terhadap besarnya cinta dan kasih orang tua kepada kita.  Mungkin, jika kita di posisi orang tua, baru bisa merasakan rasa takut kehilangan buah hati.

Ini ironis ketika Raja Sahat menemukan "Manggale" putranya dalam sosok boneka kayu.  Bisa jadi, cerita ini juga terjadi di sekitar kita.  Mencoba lari dari kenyataan, menggantikan sosok yang hilang dalam wujud yang berbeda.

Di masa Manggale, masih lekat kepercayaan animisme dan dinamisme mungkin bisa dianggap lumrah.  Tetapi, di masa sekarang ini hal seperti ini tidak lagi boleh terjadi.  Kita menjadi menentang kehendakNya.

Kehilangan tidak akan pernah siap oleh siapapun.  Tetapi kematian adalah cerita yang pasti harus dihadapi jika waktunya tiba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun