Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita tentang Ms. Smith

4 Desember 2020   01:11 Diperbarui: 4 Desember 2020   01:14 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.sendflowers.com/

Ini sepenggal cerita lama di negeri orang.  Sebagai mahasiswa asing yang belajar di negeri kangguru aku berusaha mandiri.  Mandiri dalam segalanya, termasuk bekerja paruh waktu selain tanggungjawab menuntaskan study tepat waktu.

Di artikel sebelumnya berjudul Jurus Hemat Camberwell Sunday Market, Melbourne Ajariku bercerita tentang kerja paruh waktuku di beberapa tempat, salah satunya menjadi cleaning service.  Iya, tadinya begitu dugaanku ketika melamar lewat kolom pencari kerja The Age, koran setempat di Melbourne.

Pikir punya pikir, palingan apa sih yang dibersihkan.  Tidak seperti di Indonesia, pasti rumahnya sudah bersih dan tinggal divacum cleaner saja, nggak perlu ngepel.  Kalaupun lap-lap, palingan juga dikit karena di Melbourne polusi tidak separah Jakarta.  Fixed aku menelpon dan diminta datang oleh suara wanita disana.

Tidak lama setelah bel flat aku pencet, seorang wanita tua menyambutku dengan super ramah.  Ketika itu umurnya sudah sangat lanjut, sekitar 80 an menurutnya.  Tetapi fisiknya masih segar, dan suaranya juga jelas sekali. "How are young girl.  I am Ms. Smith, and I need your help," begitu ramah sambutannya.

Benar seperti dugaanku, tidak banyak yang aku kerjakan.  Flat yang hanya dihuninya sendiri itu hanya perlu divacum sedikit, lap sana sini dan woaallaahhh....bersih sudah!

Terus aku ngapain dong untuk AUD$15 per jam upah kerjaku?

Hahah...enggak ngapa-ngapain!  Sisanya, aku hanya mendengarkan ceritanya saja.  Ms. Smith kemudian akan sibuk ngapain tebak?  Hahah...wanita baik hati itu sibuk menyiapkan bekal untukku dibawa kuliah!  Iya, wanita ini tahu sehabis dari tempatnya, aku lanjut kuliah.  Itu sebabnya aku datang lengkap dengan ransel dan buku diktat setebal gaban ditangan.

Kocak, ada apel dan sandwich atau terkadang muffin yang disiapkannya untukku.  Nggak cuma itu, wanita ini juga sangat cerewet memaksaku minum jus atau susu sebelum aku berangkat kuliah.  

Lalu, setelah semua dianggapnya beres maka upah kerjaku 3 lembar AUD$10 diberikannya kepadaku, lengkap dengan nasehat panjang lebar seperti kepada cucunya.

Kalau tidak salah ingat, aku bekerja disana setiap Selasa dan Jumat.  Nah, hari Jumat selalu menjadi hari paling ribet.  Penasaran?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun