Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Maaf, Aku Selingkuh

23 November 2020   19:08 Diperbarui: 24 November 2020   02:24 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
via health.detik.com

"Kamu belum pulang Tar? Mau ikutan denganku?" tawar Raka ketika dilihatnya aku bengong karena bosan. Jujur aku mulai nggak peduli di depan mataku Doni terlihat dielu-elukan adek kelas karena berhasil mencetak gol.

"Yuks", sahutku mantap dan bergegas mengikuti langkah Raka.

Nggak nyangka kalau ini akan menjadi badai berkepanjangan saat sore Doni datang ke rumahku.  Segala ocehan kotor keluar dari mulutnya. Anggap dia cemburu, tapi aku bukan perempuan murahan seperti tuduhannya.

"Kamu nggak diajarin sopan santun yah Tar?  Gatel banget sampai harus pulang dengan cowok lain?" tuduhan yang membuatku panas seketika.  Nggak ngaca, dirinya sendiri berada ditengah-tengah cewek.  Memangnya dipikirnya aku patung?

"Dia Raka, sahabatku. Lagi pula nggak pantas kamu bilang aku gatel. Apa tidak bisa kamu menghargai aku?"

Prakk!!! Ditinjunya dinding rumahku, lalu dia pergi. Sumpah, aku kaget karena karakternya begitu mengerikan. Nggak nyangka kalau reaksinya sampai separah itu.

Sejak itu hubungan kami merenggang. Tetapi lucunya aku menikmati, dan tidak merasa ada yang hilang. Meski kami berdua memang masih bersama entah kenapa.

"Tar, kamu merasa basi nggak dengan hubungan kita?  Jujur, aku sayang sama kamu" pertanyaan maut yang mungkin gombal ditanyakannyai saat mengantarku pulang sekolah.

Pertanyaan itu membuat aku berpikir dalam.  Apa sih yang aku jalani bersama Doni?  Apa iya dia mencintai aku, dan paling pentingnya lagi apakah aku mencintai dia?  Apa sih cinta itu sebenarnya?  Jangan-jangan aku hanya menikmati rasa jadi ceweknya idola sekolah? Prerrtt...ngapain?  Dodol banget aku selama ini.

"Maaf kalau aku kasar.  Aku nggak suka kamu dekat dengan Raka atau temanmu siapapun itu.  Kamu sudah ada aku, dan temanku juga temanmu," katanya datar yang justru membuatku tak nyaman.

Jangan tanya hariku selanjutnya berubah jadi neraka.  Doni memperlakukan aku seperti boneka yang tidak boleh disentuh siapapun.  Dia bayang-bayangku yang selalu ngikut.  Duuhhhh...sumpah gerah banget.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun