Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ibu, Aku Rindu

1 November 2020   00:28 Diperbarui: 1 November 2020   01:13 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.dakwatuna.com/

"Bu, aku rindu.  Kalau boleh bisakah ibu datang dalam mimpiku malam ini?" tulis Rere dalam diary.  Lalu setetes airmata jatuh membasahi kertas putih bergaris itu.

Dibukanya jendela kamarnya dan matanya memandangi langit bertabur bintang.  "Sedang apa ibu disana?  Apakah ibu memiliki rindu seperti diriku?" bisiknya lirih.

Ingatannya lalu melayang, saat ibu masih bersama.  Perempuan sederhana yang mungkin tidak sempurna di mata orang lain.  Tetapi sempurna bagi Rere bersaudara.  Didalam kesendiriannya ibu tidak pernah menunjukkan sedih dan sepinya.  

Wajahnya selalu tersenyum, dan gelak tawanya selalu memenuhi seluruh rumah mereka.  Berbeda dengan kini, kesepian itu begitu menyiksa Rere.

Mungkin Rere bukan manusia hebat seperti penilaian dunia.  Tetapi ibu selalu mengajari apa itu cinta, kasih dan memaafkan.  Tidak pernah ibu mengajarkan amarah, dan membalas kebencian dengan kebencian.  Selalu dikatakanya, maafkan mereka.

Diusapnya airmata yang semakin deras jatuh.  Teringat saat sayup Rere mendengar ibu selalu menyebutkan satu persatu anak-anaknya dalam doanya.  

Termasuk menyebut mereka yang selalu menghina ibu.  "Orang tua gagal," begitu caci mereka mencibir.  Mengira ibu tak tahu karena dirinya tak pernah bersuara.  Merekalah, kumpulan "manusia sempurna," menurut hukum mereka.

Ingin Rere membalas semua hinaan itu.  Tetapi ibulah yang selalu menahannya.  "Mengapa dirimu harus sama seperti mereka nak?  Jika kamu tidak menyukai kebencian, lalu mengapa kamu membenci mereka? Apa bedanya dirimu dengan mereka jadinya?" ucapan lembut ibu selalu ketika itu mengurungkan niat Rere.

Berlahan langit tampak menangis, rintik tipis hujan mulai turun.  Rere merasakan kesedihannya semakin dalam.  Hatinya bergoncang berteriak, "Ibu...aku rindu!"

"Tuhan, bolehkah aku meminta ibu hadir dalam mimpiku malam ini?  Biar dia disana bersama ayah, aku bahagia untuknya.  Hanya saja, ingin aku mengatakan kepada ibu, aku menyayanginya.  Tak sempat diriku katakan itu padanya saat semalam Kau memanggilnya pulang.  Amen" berlutut dalam doa Rere berbasuh airmata yang mengalir deras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun