Sore itu nyebelin banget, dan berasa sendiri. Â Padahal nggak harusnya begini, karena hari itu adalah ulang tahunku yang ke 17. Â Konon kata orang, usia 17 sangat spesial. Â Jujur sih, nggak ngerti spesialnya dimana. Â Apakah karena tumben hari itu tidak seorangpun ingat ulang tahunku? Ehhhmmm...
Sebenarnya menyakitkan untuk mengingatnya. Â Tetapi benar kata orang, bapak, ayah atau papa adalah cinta pertama anak perempuannya. Setidaknya bagiku iya, karena hingga kini tidak ada yang bisa menggantikan bagaimana bapak mencintaiku. Â Hiks..hiks..
Kembali kepada sore yang menyebalkan itu ketika tiba-tiba pintu gerbang samping rumah kami digedor. Â Berlari aku berharap ada kiriman kue ulang tahun mungkin kejutan entah dari siapa. Â Tetapi, betapa kagetnya aku karena itu bapak. Â Padahal bapak sebenarnya sedang dinas beberapa hari di luar kota. Â Tetapi kok, kok datang sih pikirku.
"Selamat ulang tahun nak," ucapnya sambil tersenyum dan memberikan sebuah bingkisan kecil yang sedari tadi ada digenggamannya.
Lalu, sosok laki-laki itu memelukku sambil mengucek-ngucek rambutku seperti aku ini masih bocah kecilnya. Â Padahal hari itu umurku tepat 17 tahun loh.
"Ih...bapak, jangan dihancurin rambutku," kataku sangat senang. Â Lalu kamipun masuk rumah, dan ibu terlihat kaget karena bapak datang.
"Loh, katanya 2 minggu?" tanya ibu.
"Iya, besok aku balik lagi. Â Hanya hari ini aku datang karena si kecil ini sudah gadis," kata bapak melirikku.
Jujur, kenangan itu menyakitkan bagiku sekarang. Â Laki-laki yang kupanggil bapak itu sudah berpulang 5 tahun yang lalu.
Mengingat cerita saat dirinya pulang hanya untuk merayakan ulang tahun ke 17 ku itu sangat berbekas sekali. Â Aku juga ingat ketika bapak yang memang doyan masak lalu segera membuat masakan spesial untukku.