Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Maaf, Aku Mencintaimu

27 September 2020   02:12 Diperbarui: 27 September 2020   02:26 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: https://republika.co.id/

Persahabatan ini juga lanjut diluar sekolah.  Sore hari, kebiasaan Sissy naik sepeda cari belalang untuk makanan burung kutilang kesayangannya.  Meski agak jauh, tetapi Sissy kerap melewati rumah Dwi setiap kali ke lapangan tempat dirinya biasa mencari belalang.

Belok sedikit dari rumah Dwi, adalah rumah Arpen.  Ujung-ujungnya mereka jadi bersepeda bertiga ke rumah Sissy, lalu menghabiskan sore sambil mengerjakan pekerjaan rumah, ataupun nungguin tukang bakso.

Singkat cerita waktu memang jalannya nggak pakai nunggu, sadar-sadar sudah lulus kelas 6.  Sayang, Sissy harus pindah mengikuti orangtuanya.  Tetapi, yang menyedihkan ketiganya tidak sempat bertemu, karena Sissy harus segera ikut test masuk SMP di Jakarta.

Sampai akhirnya tidak terasa waktu berlalu, dan seseorang datang dengan kejutan.  Heheh..tebak siapa?  Dubrak...si Dwi datang!  Tetapi sekarang sudah bukan bocah lagi, beda banget, meski masih bisalah untuk dikenali.  Tubuhnya tinggi, dan atletis.

"Hai...masih ingat aku?  Maaf, ngagetin, dan maaf baru berani datang," begitu katanya mengawali pembicaraan didepan gerbang rumah Sissy.

Hahah...meledak tawa bahagia Sissy yang pastinya juga kaget, dan bingung.  "Darimana tahu alamatku Wi?  Ehhmm...kamu tinggi yah, sumpah beda tapi sama," berisiknya Sissy sembari mempersilahkan Dwi duduk.

"Heheh..kamu kok tetap mungil sih Sy?  Sudah lama aku tahu alamatmu, dari supirmu dulu.  Hanya saja nggak berani aku kirim surat.  Nah, kebetulan aku ada tanding softball di Jakarta, aku atlet Sy.  Nekat nih aku menemui, kangen Sy sama kamu," gombal banget nih si Dwi.

Sore itu berjalan sangat manis. Mungkin kalau diibaratkan bisa diabetes karena manisnya.

Lalu pertemuan pertama lanjut dengan berikutnya, dan kali ini ada Arpen.  Yup, sebenarnya Arpen dan Dwi ini memang sahabat akrab.

"Hai..kecil," begitu Arpen tiba-tiba muncul saat Sissy ditemani teman menonton pertandingan softball Dwi di Senayan.  Kaget, karena Arpen sudah nggak plontos seperti dulu.  Badannya tinggi tegap.

Lagi-lagi Sissy tertawa ngakak yang memang kebiasaannya.  "Aku tuh nggak kecil, aku tuh mungil dan cute, "begitu ceriwis Sissy.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun