Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kejagung Terbakar, Tidak Kenanganku

24 Agustus 2020   02:48 Diperbarui: 24 Agustus 2020   03:17 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: https://news.detik.com/

Kejaksaan Agung (Kejagung) terbakar pada Sabtu 22 Agustus lalu sekitar pukul 19.10 WIB.  Tidak heran banyak orang langsung khawatir dan berasumsi A hingga Z kepada keamanan berkas perkara.  Bisa dimaklumi Kejagung itu ibarat "bom waktu" karena menyimpan berbagai kasus, dimulai Jiwasraya, Joko Tjandra, jaksa Pinangki, hingga kasus-kasus lama era Soeharto dan SBY serta lainnya yang mengantri untuk segera dituntaskan.

Yup, rakyat Indonesia menanti-nanti penyelesaiannya.  Heheh...bukan cuma sekedar ramai mirip orang hajatan, lalu bubar jalan kemudian.  Nyebelin banget khan kalau begitu kejadiannya.

Tetapi, tidak untuk aku.  Boleh dong aku melihatnya dari sudut yang berbeda.  Ada rasa sedih dan kehilangan saat melihat api melahap gedung Kejagung.  Ingatanku melayang kepada almarhum bapak yang telah meninggalkan kami 5 tahun lalu.  Iya, alamarhum bapak adalah Jaksa, dan Kepala Pusdiklat Kejaksaan Pasar Minggu adalah jabatan terakhirnya sebelum pensiun.

Dengan sedih aku menatap layar televisi saat gedung utama dilahap api lalu habis terbakar.  Di gedung yang kini masuk cagar budaya DKI itu ada kenangan kecilku yang tersimpan manis.  Rahasia begitu kata bapak dulu kepadaku. Ehhmm...pasti pembaca bertanya kira-kira apa yah?

Saat itu bapak masih sebagai Jaksa biasa, anggap saja pendatang baru tapi sedang naik daun, meski bukan ulat bulu.  Heheh... Aku ingat ketika itu kami sedang di Medan untuk acara keluarga.  Tiba-tiba ada tugas mendadak, dan bapak diminta segera kembali ke Jakarta. 

Tetapi konyolnya aku ngotot ingin ikut bapak, dan aku berhasil pulang bersama bapak ke Jakarta.  Iya hanya kami berdua saja.  Jangan ditanya bagaimana kesalnya kedua orangtuaku melihat aksi keras kepalaku memperjuangkan mau pulang ikut bapak.

Tidak tahu persisnya kasus apa yang ditangani bapak ketika itu sehingga segera harus balik ke Jakarta.  Hanya aku dan bapak di rumah, dan malamnya bapak tampak bingung bagaimana denganku jika besok harus bekerja.  "Besok kita ngantor yuk, temani bapak mau khan?" begitu kata bapak lembut kepadaku.

Aku ingat pagi itu mirip seperti mau perang bapak membawa tas kerjanya, sekaligus juga perlengkapan baju gantiku dan beberapa mainanku. Heheh...bapakku memang hebat, jauh sebelum zaman kekinian ada model-model bapak ngurus anak, bapakku sudah duluan seperti itu.  Tidak malu menggandengku ke kantor sembari membawa "perlengkapan perangku", termasuk boneka kecilku.

Lalu kami menuju meja bapak yang saat itu berada satu ruang dengan Jaksa lainnya.  Lalu aku ada dimana?  Heheh...aku ada di kolong meja bapak, lengkap dengan mainan masak-masakan dan beberapa boneka.

Seharian aku "bekerja" di kolong meja bapak, dan saat makan siang maka bapak akan mengeluarkan bekal nasi putih dan telur ceplok yang dibuatnya pagi tadi.  Lalu dengan cintanya aku disuapi.  Heheh...bapak tidak malu, meski beberapa om dan tante disana melihat ke arah kami.  Atasan bapak pun tidak mempersoalkan, dan bahkan menasehatiku jangan sembunyi di kolong meja, nanti benjol kejedot katanya.

Itulah hari-hariku selama seminggu "bekerja" di Kejagung dari pagi hingga malam, karena bapak bilang ada yang nakal harus diurus bapak.  Lalu sepulang kerja kami selalu mampir untuk makan malam di Restauran Bahagia di kawasan Bendung Hilir.  Restauran itu kini sudah tidak ada, tetapi nasi goreng dan capcay adalah menu favorit aku dan bapak, sepiring dimakan berdua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun