Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pariwisata Itu Vitamin untuk Indonesia

10 Agustus 2020   02:13 Diperbarui: 10 Agustus 2020   02:01 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: cekaja.com

Sebuah ungkapan, "hati yang gembira adalah obat" sangat pas untuk kondisi kita saat ini.  Ngeri memang, pandemi Covid tidak hanya merengut nyawa, tetapi juga kehidupan kita.  Memenjarakan kita dari seluruh akivitas, sehingga semua dibuat terpuruk baik mental maupun ekonomi.

Tidak terkecuali pariwisata, padahal industri pariwisata adalah penghasil devisa terbesar untuk Indonesia.  Sebelum pandemi, Indonesia optimis dalam lima tahun ke depan, industri pariwisata Indonesia akan menjadi penyumbang devisa terbesar mengalahkan CPO (kelapa sawit mentah).  Tragisnya cerita mendadak berubah total.

Pertanyaannya, apakah kita akan terus membiarkan hidup dalam kondisi paranoid seperti ini?  Bersembunyi di dalam rumah, dan berharap semua pulih seperti sebelumnya?  Maaf, menurut penulis itu keputusan konyol!  Kenapa?  Karena hidup dan kehidupan ini milik kita, dan kita harus bisa melanjutkan hidup didalam kondisi apapun.  Kitalah memegang kendali, caranya yah dengan memakai hikmah.

Bukan tanpa alasan, karena selama lima bulan ini kita telah belajar banyak hal mengenai virus Covid, bahayanya, dan juga segala rupa protokol kesehatan.  Harusnya itu sudah cukup menjadi bekal.  Pastinya bukan kehidupan kita yang lama, tetapi hidup ala new normal.  Termasuk juga industri pariwisata yang menjadi primadona bangsa Indonesia ini pun harus mengalami penyesuaian.  Harus berani melangkah, bukan jalan di tempat atau parahnya justru jalan mundur!  Maaf, ini bukan "judi" nyawa demi ekonomi.

Tuhan menganugerahi kita Indonesia yang cantik dengan begitu banyak potensi yang bisa diolah.  Kita begitu kaya dengan budaya, keindahan alam, dan juga kerajinan khas yang memiliki nilai jual.  Berharap ini bisa membantu kita meloloskan diri dari resesi.

Apakah masih kurang cukup selama ini kita belajar banyak mengenai Covid, baik dari informasi yang beredar, ataupun dari kejadian-kejadian di sekitar yang harusnya cukup untuk mendewasakan dan menumbuhkan kedisiplinan.

Mungkin sebagai langkah awal mulailah dari fokus terhadap turis domestik, lalu berlahan tapi pasti melakukan pelonggaran untuk turis mancanegara.  Langkah inipun dilakukan oleh negara lain, misalnya Italia yang per 3 Juni lalu mulai melonggarkan pariwisatanya, bahkan memberikan kebebasan pelancong dari negara-negara Uni Eropa bisa masuk tanpa harus masuk ke karantina.

Tentunya kita tidak harus ekstrem mencontoh Italia atau negara lainnya.  Kita menjadi diri sendiri saja dengan kearifan lokal, misalnya:

  1. Mulai membuka wisata di daerah zona hijau dan kuning
  2. Mengawali dengan mempersingkat jam operasional daerah tujuan wisata
  3. Memberlakukan ketat protokol kesehatan
  4. Memasang himbauan dan sosialisasi Covid di daerah-daerah tujuan wisata
  5. Memberikan promo paket liburan menarik, baik hotel maupun penerbangan
  6. Memberikan pendidikan kepada pengusaha hotel, biro perjalanan, rumah makan, pedagang asongan dan pengusaha tempat wisata mengenai bahaya Covid, serta pentingnya protokol kesehatan
  7. Memberikan sanksi tegas kepada pengelola wisata jika kedapatan lalai atau mengindahkan penyediaan fasilitas yang sesuai protokol kesehatan.

Faktanya, saat ini pariwisata atau berwisata sudah menjadi kebutuhan yang bisa dikatakan pokok.  Jika kembali ke masa sebelum Covid, bukan hal yang baru semakin umum keluarga Indonesia memiliki tabungan untuk berlibur.  Kebayang, apalagi sekarang setelah lama terpenjara akibat Covid.  Berlibur atau berwisata ibarat vitamin yang menyegarkan, dan memberikan semangat.  Tidak hanya untuk rakyatnya, tetapi juga untuk ekonomi negeri ini.

Menurut penulis, mempertimbangkan membuka pariwisata adalah kebijakan yang tepat.  Bisa dibayangkan perputaran ekonomi kembali bergerak.  Disana ada pedagang makanan kecil, rumah makan, penjaja cendera mata yang bisa jadi adalah rakyat sekitar obyek wisata.  Tentunya ini akan sangat membantu mereka juga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun