Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sepakung, Desa Terpencil Menjawab PJJ, Mereka Harus Sekolah!

30 Juli 2020   02:03 Diperbarui: 30 Juli 2020   02:05 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: daunjatuh.com 

Meratapi dan memperdebatkan Covid sudah tidak zaman lagi.  Termasuk juga mempersoalkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) langkah yang diambil Mas Menteri agar anak-anak tetap dapat bersekolah.  Jelas ada banyak persoalan yang mengikuti seperti yang sudah banyak dibicarakan dan dikeluhkan banyak orang.  Tetapi persoalannya, kita berpacu dengan waktu.  Anak-anak tidak bisa menunggu hingga kita selesai berdebat!

Ini persoalan sulit, bahwa tidak semua anak memiliki fasilitas, dan bahwa tidak semua pelosok negeri ini memiliki akses internet.  Setuju, karena memang itulah faktanya.  Tetapi, tampaknya kita lupa pada satu hal, bahwa tidak ada persoalan yang tidak memiliki solusi.  Semuanya kembali kepada kita saja, mau atau tidak mau.

Mari kita melihat sebuah desa terpencil di Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, namanya Desa Sepakung.  Dibawah kepemimpinan Ahmad Nuri sang kepala desa mampu membuat proses belajar mengajar di desa tersebut lancar tanpa hambatan.  Ehhmm...kok bisa?

Bisa!  Langkah cerdas Ahmad Nuri mempergunakan dana desa membangun jaringan internet, dimulai dari kantor kelurahan, hingga masuk ke seluruh wilayah RW, dan rencananya tahun depan bisa dinikmati di tingkat RT.

Salutnya, bahkan kuota sebesar 30 Mbps disiapkan, dan khusus siswa diperbolehkan mengakses secara cuma-cuma.  Jika terdapat siswa tidak memiliki gadget maka pihak sekolah akan mengirimkan guru ke desa untuk melakukan proses belajar mengajar dengan cara tatap muka, minimal 10 anak.  Tentu dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.  Wow...tidak heran Ganjar Pranowo Gubernur Jawa Tengah kagum, apalagi kita harusnya.

"Itu dikelola BUMDes Pak, jadi sementara yang siswa gratis.  Tapi tahun depan kalau sistem daring masih berjalan, kami akan kenakan tarif 50 persen dari tarif biasanya.  Kalau biasanya per kepala rumah tangga Rp 50.000 perbulan, maka diminta membayar Rp 25.000 saja," ujar Nuri kepada Ganjar.

Desa Sepakung bisa menjadi inspirasi bagi desa-desa lain di pelosok negeri ini.  Covid dan PJJ bukan hambatan untuk pendidikan.  Kesulitan yang dihadapi, menjadi cambuk bagi kita keluar untuk menjadi pemenang.

Kesulitan pembelajaran PJJ memang sudah kompleks, lengkap dengan segala bumbu yang membuat airmata.  Tetapi ingat, anak-anak tidak boleh menjadi korban.  Mereka butuh kita, ada untuk mereka, mendukung dan menjadi penyemangatnya.  Mengerti, beberapa dari kita kesulitan menghadapi biaya kuota, atau mungkin pendampingan.  Tetapi, tolong diingat bahwa mereka adalah anak kita, dan dukungan kita sangatlah berarti.

Semangat Desa Sepakung menjadi inspirasi kita.  Bahwa desa terpencil mampu mandiri, mencerdaskan warganya dengan segala keterbatasannya, maka hal yang sama juga bisa kita lakukan.  Beberapa pemikiran yang terlintas oleh penulis:

  1. Kebijakan Pemda membantu kuota
  2. Kebijakan Dana Bos dari pihak sekolah yang mau meminjamkan laptop, alokasi kuota, atau interaksi antara guru dan siswa dalam penyampaian materi
  3. Mengetuk hati para provider telekomunikasi peduli terhadap semangat belajar anak-anak yang memiliki keterbatasan kuota
  4. Kebesaran hati warga meminjamkan gadget jika memiliki lebih dari satu
  5. Membentuk kelompok-kelompok belajar kecil secara virtual untuk saling dukung memperdalam materi

Mungkin saran penulis sangat jauh dari sempurna.  Intinya, PJJ jangan menjadi hambatan belajar.  Tidak boleh ada generasi terhilang akibat dari Covid.  Semangat itu harus tetap ada dan menyala, karena negeri ini membutuhkan banyak generasi yang mengharumkan nama bangsa ini.  Semoga, ya dan Amen.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun