Melayang jauh kenanganku tentangmu
Sulit bagiku melepas bayangmu
Teringat cerita kanak-kanak kita yang lucu
Saat pertama kakiku menapaki sekolah itu
Yah, aku murid baru ketika itu
Kita memang tak pernah sekelas
Tapi hari-hariku selalu berbekas
Sejak dirimu selamatkanku dari amarah murka pak guru
Mengaku prangko tugas itu miliku
Padahal itu milikmu yang kau sisipkan dalam laci kelasku
Hariku adalah tawa sejak itu
Tetapi waktu ternyata terlalu cepat berlalu
Saat aku harus tinggalkan kota kecil itu
Tanpa sempat mengucap pisah padamu
Hanya kenangan menjadi pengobat rindu berpacu waktu
Aku dan kau memang tak tahu cinta saat itu
Karena usia kita masih belia
Tetapi bayang dan rindumu tak pernah lekang oleh waktu
Ada rasa yang aku tak tahu
Bertanya aku bagaimana denganmu
Hingga kejam waktu mempertemukan kita
Dirimu telah bersama, seperti juga diriku
Cinta itu jika ada adalah dosa
Tetapi rasa ini bukan rindu semata
Karena kini kita telah dewasa
Dua puluh tahun bukan waktu yang singkat
Saat waktu membawa aku dan dirimu
Rasa dan kenangan itu tak boleh menipu
Saat dirimu memandangku lekat
Dalam, dan aku mengerti walau dalam bisu
Ada rasa tak sempat terucap
Ada rasa tak butuh terucap
Ada rasa tak perlu terucap
Ada rasa tak boleh terucap
Ada rasa...
Melangkah dewasa dalam rasa, tinggalkan cinta
Satu yang akhirnya terucap aku mencintai
Itu katamu dan kataku
Bukan dosa, karena cinta tak harus bersama
Kita bukan kanak-kanak lugu adalah nyata
Tak menyesal aku mendapat jawabmu
Memilih jujur dalam airmata, dan lalu mengucap pisah
Tidak untuk bertemu, itu kataku terbata
Tinggalkan bayangmu dan cinta yang tak pernah terucap
Terima kasih teruntuk dirimu cinta pertamaku.
Jakarta, 27 Juli 2020