Mohon tunggu...
Desy Rokhimatul Fitri
Desy Rokhimatul Fitri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasisiwi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Bermain Bersama Teman Sebaya

20 Oktober 2021   23:52 Diperbarui: 21 Oktober 2021   00:05 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: pribadi, edit by canva

Ngomong-ngomong soal permaianan, semua anak pasti menyukai kegiatan bermain. Betul nggak, bun-yah? Bunda dan ayah pasti sering 'kan melihat Si Kecil bermain? Entah bermain boneka, robot, masak-masakan, lego, balok, hingga benda-benda seperti air, tanah, dan pasir pernah menjadi bahan permainan buah hati. Buah hati juga bisabermain sendiri atau bermain bersama dengan orang lain, ia bisa bermain bersama ayah, bunda, kakek, nenek, saudara, teman sebaya, maupun orang yang menurutnya terlihat asing, bermain bersama pun tergantung ketersediaan buah hati atau orang lain dalam dalam melakukan permainan bersama.

Tapi tahukah, bunda, ayah, kalau buah hati harus diberikan ruang dan waktu untuk melakukan kegiatan bermain permainan bersama teman sebaya? Dan ternyata jika Si Kecil bermain bersama dengan teman sebaya dapat memberikan manfaat loh buat Si Kecil, terutama manfaat yang dapat mengembangkan sosem (sosial emosional) dalam diri buah hati.

Nah, bunda dan ayah pasti tahu dong siapa itu teman sebaya? Yap, teman sebaya adalah individu atau kelompok bermain yang memiliki kesamaan ciri seperti tingkatan usia dan kematangannya. Bunda dan ayah pernah bertanya-tanya tidak, mengapa teman sebaya begitu penting?

Faktanya, dalam literatur psikologi perkembangan, teman sebaya mempunyai arti yang sangat penting dalam kehidupan anak-anak. Ada dua ahli yaitu Jean Piaget dan Harry Stack Sullvisn yang menerangkan bahwa dengan melalui hubungan teman sebaya, anak dapat belajar tentang bagaimana hubungan timbal balik yang simetris. Selain itu juga anak dapat mempeljari prinsip-prinsip kejujuran dan perilaku adil melalui berbagai peristiwa yang bertentangan dengan teman sebaya. Saat Si Kecil bermain dengan teman sebaya, ia dapat mempelajari secara altif mengenai kepentingan-kepentingan dan perspektif teman sebaya dalam menjalanjan pembauran dirinya dengan teman sebaya.

Menurut Wayan Ardhana yang kemudia  dikutip oleh Umar Tirtaraharja dan La Sulo (2005), beermain dengan teman sebaya memiliki beberapa manfaat, di antaranya yaitu:

  1. Mengejar hubungan dan menyesuaikan diri dengan orang lain. Sebelum menjalin hubungan, seseorang pasti akan melakukan suatu perkenalan dan menyesuaikan diri dalam hubungan tersebut. Begitu juga dengan anak-anak, Si Kecil dapat mempelajari bagaimana melakukan suatu hubungan, bagaimana cara berteman, bagaimana Si Kecil beradaptasi dengan teman barunya.
  2. Memperkenalkan kehidupan masyarakat yang lebih luas. Selama ini Si Kecil mungkin hanya bisa bergaul dengan ayah, bunda, saudara, kakek, nenek, dan tetangga, tapi dengan adanya teman sebaya ini anak dapat mengerti bahwa di dunia ini tidak hanya ada keluarga tetapi juga ada orang-orang yang belum pernah ditemuinya.
  3. Menguatkan sebagian dari nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan masyarakat orang dewasa. Dengan berteman dengan teman sebaya, Si Kecil dapat mempelajari nilai-nilai yang telah tertanam seperti nilai moral agar anak dapat berlaku dan beradab baik, nilai sosial agar anak dapat mempelajari hal yang lazim dan tidak di masyarakat, dan nilai-nilai yang lainnya, hal ini semata-mata agar Si Kecil nantinya dapat bergaul sesuai tuntunan budaya dan nilai-nilai baik dalam kehidupan bermasyarakat.
  4. Memberikan kepada anggota-anggotanya cara-cara untuk membebaskan diri dari pengaruh kekuasaan otoritas. Sebagai kelompok sosial, manusia memang hidup dalam kepemimpinan, tapi jika dalam berteman tidak ada yang namanya sebagai ketua dan bawahan. Yang artinya semua individu dalam kelompok merupakan sosok yang sama, yakni sama-sama bagian dari kelompok yang tanpa adanya kesejangan dalam menjalin hubungan. Buah Hati dapat mepelajari bahwa pertemanan dengan adanya kesenjangan dapat menciptakan hubungan yang buruk dan dapat membuat pertikaian.
  5. Memberikan pengalaman untuk mengadakan hubungan yang didasarkan pada prinsip persamaan hak. Tiap orang memiliki hak, dan hak harus diberikan tanpa dihadang. Kehidupan kita memiliki keberagaman seperti budaya, ras, agama, dan lain-lain. Dalam kehidupan yang beragam ini, Si Kecil dapat belajar begaimana seseorang harus mendapatkan hak dalam kehidupannya, semisal seorang anak memiliki teman sebaya yang berbeda budaya atau agama, maka anak tersebut harus memberikan hak pada temanya untuk melakukan sesuatu yang diadatkan atau yang dipercayai tanpa menganggap remeh dan rendah. Contoh lain dari persamaan hak yaitu teman sebaya bisa mengutarakan pendapatnya sendiri, bercerita, makan jika lapar, dan yang lainnya.
  6. Memberikan pengetahuan yang tidak bisa diberikan oleh keluarga secara memuaskan. Hal-hal seperti ini dapat terjadi apabila seorang anak memiliki teman yang mempuanyai latar belakang yang berbeda. Misalnya ada anak yang berlatar belakang keluarga suku Jawa kemudian memiliki teman yang berlatar belakang keluarga suku Bugis, tapi otang tua anak tersebut tidak memiliki pengetahuan tentang seluk beluk suku Bugis maka anak tersebut bisa mendapat pengetahuan seluk beluk suku Bugis dari temannya tersebut. Dan pada akhirnya anak akan mengerti bahwa setiap keluarga, kelompok, atau suku memiliki kebiasaan yang berbeda, hal itu pun dapat menambah pengetahuan bagi anak.
  7. Memperluas cakrawala pengalaman anak, sehingga ia menjadi orang yang lebih kompleks. Komplels memiliki artian kesatuan dari sejumlah bagian. Dengan begitu Si Kecil dapat memiliki pengalaman awal dalam berteman dan dapat pula menjalin pertemanan yang baru dengan teman sebaya yang lain.

Peranan orang tua memang sangat diperlukan dalam perkembangan anak. Namun peranan dari orang tua saja tidak cukup meskipun orang tua dikatakan sebagai teladan bagi anak, anak juga memerlukan peranan teman sebaya agar perkembangan anak dapat lebih optimal dalam pembentukan karakter. Anak juga memiliki hak dalam berteman, tapi orang tua juga memiliki peran penting di dalamnya, yaitu sebagai pengawas agar anak dapat menjalin hubungan lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun