Mohon tunggu...
Desty Yunita
Desty Yunita Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Suatu Kebaikan yang Tulus Berakhir dengan Kepahitan

19 Februari 2017   22:25 Diperbarui: 19 Februari 2017   23:20 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku mulai gelisah, dadaku sesak, air mataku turun tak berhenti. Aku merasakan getaran-getaran yang membuat aku lemah. Mencoba merebakan tubuhku yang lelah di tempat tidur kesayanganku. Menatap langit-langit kamar dengan mata yang sayu. Aku berbalik posisi badanku kekiri, ke kanan, telentang, duduk bahkan berdiri. Tidak ada posisi yang baik yang aku rasakan. Rasa gundah sangat menyiksaku. Tidur ku terganggu, memejamkan mata untuk beberapa menit saja tidak mau. 

Akhirnya aku mencoba mengambil ponselku, melihat album foto di ponselku, melihat koleksi fotoku  bersama dia. Oh Tuhan aku benar-benar merindukannya. Aku membuka laptopku, melampiaskan kesedihanku malam ini dengan rangkaian kalimat-kalimat di laptopku. Yaa aku mencoba membuat diary kecil di laptopku

Tiba pagi datang, ternyata aku tertidur di depan laptop yg masih hidup. kepalaku rasanya berat sekali, sedikit pusing, mungkin karena kurang tidur atau posisi tidurku yang duduk di depan laptop. Aku mencoba meraba ponselku dan mencoba melihat adakah pesan masuk darinya. Teryata tidak satupun pesan masuk di ponselku. Ah sial, benar-benar penat yang ku rasa.

Hari ini aku berniat dirumah saja, mungkin ia akan menemuiku. Aku mulai berpikir positif untuknya. Aku yakin ia akan menemuiku hari ini karena ini adalah hari minggu, hari dimana ia mengajakku untuk nontop di bioskop atau hanya nongkrong saja. Menit menit berlalu, pagi, siang, sore sudah aku lewati. Tetapi tidak ada sosok dirinya hadir di hadapanku.

Aku tidak pantang menyerah, aku yakin nanti malam ia akan kerumahku membawakan oleh-oleh untukku atas kepergian dirinya ke negera lain. Atau membawakan aku makanana seperti yang sering ia lakukan ketika ia kerumahku.  Jam menunjukkan 21.00 WIB, benar-benar tidak ada dirinya di hadapanku. Aku menitikkan air mataku, merasakan rasa sesak yang tak bisa dihentikan. Aku berlari kekamarku dan membanting tubuhku dikasur, menutupi diriku dengan selimut. “apakah dia memang tidak ingin bertemu denganku? Apakah dia tidak meyayangiku lagi?” kataku dalam tangis.

Aku mencoba mengingat lagi kebaikkan yang dia lakukan untukku, perayaan anniversary 2 minggu lalu yang ia beri untukku. Ke akraban kami ketika kam bertemu. Kecandaan, tawa, konyol, bahkan cerita-cerita kami saat bertemu. Inilah akhir harapanku. Aku rasa ini akhir hubunganku, penantianku. Aku sudah menunggunya, tetapi ia tak kunjung datang. Menampakan wajah saja enggan apalagi maaf yang akan ia lontarkan untukku, aku rasa itu mustahil.

Aku mencoba untuk tabah, untuk sabar dan ikhlas atas semua yang aku alami. Hari-hariku kosong, pandanganku kosong dan pikiranku benar-benar kacau. Aku mencoba untuk berdoa, meminta petunjuk dari Allah untuk hubunganku dengannya. Berdoa untuk yang terbaik untuk aku dan dia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun