Mohon tunggu...
carolina destika
carolina destika Mohon Tunggu... Lainnya - menulis sepanjang hari

komitmen untuk senantiasa memperbaiki diri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

CERBUNG - Cinta Mutiara#1

23 Oktober 2020   08:01 Diperbarui: 11 November 2020   08:40 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namanya Mutiara. Ibu dua anak. Wajahnya biasa saja, berkulit putih,  keibuan, pandai bergaul. Type wanita setia.  

Di usianya yang memasuki kepala empat, ia terlihat semakin matang dan energik. Orang sering salah menebak, terjebak di angka tiga puluhan.

Senja itu Tiara mengaduk-aduk juice kiwi with banana yang hampir habis di meja sebuah cafe. Ia sengaja mengambil tempat di bagian luar agar leluasa memandang langit yang biru.


Puluhan kali ia menolak perjodohan dari teman-temannya maupun keluarga dekat. Telah sebelas tahun ia sendiri sejak berpisah dengan suaminya dulu. Tiara belum bisa melepaskan trauma kegagalan pernikahan yang dialami .

Sakit hati pada orang yang sangat dicintainya begitu membekas sulit untuk dilupakan. Ia tak dapat menerima begitu saja laki-laki asing yang datang hendak meminangnya.

Ketakutan akan disakiti selalu menghantui. Hatinya bagai karang yang kokoh tak dapat dirobohkan.  Tak mempan dirayu, tak sudi diberi empati. Selama ini ia merasa bisa. Tak butuh laki-laki dalam hidupnya.

Seperti ketika suaminya pergi memilih wanita lain, walau sakit Tiara tak mau berlama-lama terpuruk, ia segera bangkit. Dengan dukungan para sahabat dekatnya  berusaha waras saat hampir gila.  Adanya dua anak yang masih balita membuat gairah hidupnya kembali sedikit demi sedikit. Bagaimana nasib mereka bila ia tak hendak waras ?

Hhhhh....senja itu pertahanannya mulai goyah. Berlian menjodohkannya dengan suaminya sendiri. Gila kaaaan.....? Berlian sahabat yang selama ini mendampinginya ingin Tiara jadi madunya.

Gerimis membuatnya berlari kedalam cafe. Senja sore itu sendu tapi merah jambu.  Ia bertanya pada gerimis yang turun. Mengapa hatinya berdebar tak menentu ?

Ketika ujung matanya menangkap bayangan Samudera sedang bercengkerama  dengan Berlian di bilik pemilik cafe. Apakah itu adalah tanda bahwa cinta mulai tumbuh ?

Haruskah ada cinta yang dibiarkan berkembang ? Sanggupkah ia menata hati ? Mungkinkah ia mencintai suami sahabatnya sendiri ?

.....bersambung.....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun