Mohon tunggu...
Desti Annor
Desti Annor Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Tidak ingin menjelaskan apa-apa.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menjadi Seseorang yang Kepergiannya Dirindukan

14 Januari 2023   14:44 Diperbarui: 14 Januari 2023   14:51 959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dulu, saat Rasulullah SAW wafat, betapa sedih para sahabat. Bahkan Abu Bakar sampai perlu menegaskan kembali pada Umar bahwa Rasulullah telah tiada. Umar tak percaya. Umar tak siap ditinggal nabi agung. Jangan tanya orang-orang muslim, mereka juga merasakan kehilangan yang teramat dalam atas kepergian nabi terakhir.

Kita hari ini? Jelas jauh dari Rasulullah. Tidak sebanding untuk menjadi seseorang yang kepergiannya dirindukan banyak orang. Yang ketika ada, keberadaannya disyukuri, dan ketika pergi, kepergiannya ditangisi.

Karena dalam hidup, dalam bergaul dengan orang lain, ada tiga tipe manusia dalam pergaulan.

Pertama, mereka yang keberadaannya tak disukai banyak orang, dan kepergiannya diharapkan banyak orang. Kedua, mereka yang kehadiran dan keberadaannya tidak memberi sumbangsih rasa apa-apa pada siapa pun. Ada dan tiada, seperti sama saja. Dan yang terakhir, adalah tipe seseorang yang keberadaannya disukai banyak orang dan kepergiannya dirindukan banyak orang.

Saya jadi tertegun. Betapa akan sangat menyedihkan menjadi orang tipe pertama. Tidak ada yang menyukai, tidak ada yang akan merindukan. Entah karena sikap selama bergaul yang kurang baik dengan sesama, atau bahkan sampai menyakiti banyak orang. Seperti dalam sebuah hadits, bahwa muslim yang baik adalah ketika orang lain merasa aman dari lisan dan tangannya.

Orang kedua, juga sama menyedihkannya. Ada dan tiada keberadaannya, tidak ada beda. Datang dan perginya tak berarti apa-apa bagi orang lain.

Tetapi menjadi orang yang ketiga, seseorang yang kepergiannya dirindukan, semoga menjadi tujuan kita. Saat ada, bermanfaat, menyenangkan, orang lain merasa aman bahkan terbantu. Dan ketika pergi, dirindukan kebaikan-kebaikannya.

Kita memang jauh dari Rasulullah yang akhlaknya luar biasa mulia. Semakin mengenalnya, akan semakin terkuak kebaikan-kebaikannya. Tidak heran kepergiannya dibanjiri air mata kehilangan yang tak terhankan.

Tetapi setidaknya, kita berusaha menjadi seseorang yang saat hadir berkumpul bersama orang lain, minimal tidak suka menyakiti, apa lagi merugikan orang lain. Maka semoga kita juga bisa menjadi seseorang yang ketika pergi, kepergiannya pun dirindukan, karena selama bersama, yang jauh lebih banyak terkenang adalah tentang kebaikan-kebaikan.

Sumbawa Besar, 14 Januari 2023.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun