Mohon tunggu...
Dessy Liestiyani
Dessy Liestiyani Mohon Tunggu... Wiraswasta - wiraswasta, mantan kru televisi, penikmat musik dan film

menggemari literasi terutama yang terkait bidang pariwisata, perhotelan, catatan perjalanan, serta hiburan seperti musik, film, atau televisi.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Membandingkan Kunjungan ke Danau Diatas Solok, Dulu dan Sekarang

7 Desember 2022   14:14 Diperbarui: 7 Desember 2022   14:24 652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Menjelajahi Sumatera Barat tidak cukup hanya dengan melihat keberadaan legenda Batu Malin Kundang di Padang, mengunjungi landmark Jam Gadang di Bukittinggi, atau mengagumi megahnya Istana Pagaruyung di Batusangkar. Jika memiliki waktu lebih, sebaiknya anda menyempatkan diri menikmati keelokan danau-danau di daerah Solok.

Salah satunya yang terkenal adalah Danau Diatas. Warga Sumatera Barat biasa menyebutnya dengan 'Danau Diateh' (dalam bahasa Minang, 'ateh' berarti 'atas'). Membicarakan Danau Diatas tak akan lepas dari telaga wisata lainnya, yaitu Danau Dibawah. Kedua danau ini telah lama dikenal sebagai Danau Kembar, karena letaknya yang berdekatan di daerah Alahan Panjang, kabupaten Solok.

Danau Diatas maupun Danau Dibawah merupakan objek wisata yang terkenal karena alamnya yang indah. Namun, dilihat dari lokasinya, Danau Diatas yang sepertinya lebih banyak dikunjungi wisatawan. Terlebih, wisatawan dapat menikmati keindahannya sampai turun ke batas bibir danau.

Beberapa minggu lalu, saya mengunjungi Danau Diatas. Ini adalah kali kedua saya menyambangi kota Solok, untuk berwisata ke danau ini.

Perjalanan darat sekitar tiga jam dari Bukittinggi, tidak terasa melelahkan karena indahnya pemandangan alam yang bisa dinikmati sepanjang perjalanan. Menyusuri Danau Singkarak yang begitu luas, mengagumi pemandangan petak-petak sawah yang tertata rapi "berbingkai" bukit nan hijau, atau hamparan kebun teh yang menyejukkan mata.

Saya masih ingat kesan saat kunjungan pertama saya di sekitar pertengahan tahun 2018. Rutenya sedikit berbeda, namun saya disuguhi "lukisan" alam yang sama-sama menakjubkan.

Suasana Danau Diatas sendiri baru bisa saya nikmati melalui kawasan wisata Alahan Panjang, yang saya temukan melalui aplikasi Google Maps. Lokasi yang saya datangi itu sepertinya menjadi satu-satunya spot yang direkomendasikan untuk menikmati panorama Danau Diatas.

Saat itu, sebenarnya saya agak bertanya-tanya. Mengapa kawasan wisata ini terlihat sepi? Hanya rombongan saya saja yang datang. Saya sempat berpikir bahwa mungkin saja karena saat itu bukanlah hari libur.

Saya pun menjumpai sebuah bangunan kecil yang sepertinya menjadi gerbang penyambutan tamu. Tidak ada petugas disana. Sebuah portal terbuka di sebelahnya, yang saya yakini sebagai penanda, bahwa kawasan tersebut boleh dimasuki.

Beberapa meter melewati gerbang, saya melihat beberapa bangunan kosong. Desainnya sendiri terlihat seperti bangunan di era 80-an. Sepertinya, kawasan ini cukup mentereng di masanya.

Namun saat itu, saya melihat bangunan-bangunan tersebut terbengkalai, tak terawat. Sepertinya, dulu kawasan ini menjadi zona wisata yang lengkap karena menyediakan fasilitas penginapan, kantin, kamar mandi umum, ruang rapat, sampai sarana kegiatan-kegiatan outbound. Saat itu, tak terlihat satupun orang yang datang selain saya dan keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun