Mohon tunggu...
Dessy Kushardiyanti
Dessy Kushardiyanti Mohon Tunggu... Dosen - No Limit, No Regret, No Excuse

Dosen Komunikasi Penyiaran Islam IAIN Syekh Nurjati - Master of Arts, Universitas Gadjah Mada

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pasukan Netizen Indonesia Bakal Bikin "Mental Breakdance"

22 April 2021   20:31 Diperbarui: 22 April 2021   20:35 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Tugas netizen sudah selesai, saatnya beralih ke kasus selanjutnya", tulis salah satu akun media sosial di sebuah posting-an cukup viral perihal kasus kekerasan yang dialami oleh seorang perawat di Siloam Hospital, Palembang. Hingga pernikahan Gay di negara tetangga juga menjadi urusan netizen Indonesia.

Sudah tidak heran, pantauan netizen Indonesia dalam menangani perkara melalui jalur Internet menjadi hal lumrah ditemui, bahkan bisa disebut kekuatan yang dapat diandalkan sampai beberapa kasus benar-benar ditangani oleh pihak berwenang. Dalam negara demokrasi perilaku netizen dianggap sah sebagai kebebasan berpendapat, hal ini didukung dengan budaya masyarakat Indonesia yang suka berkumpul dan memperbincangkan berbagai hal, ditambah preferensi penggunaan media sosial salah satunya yaitu untuk mengisi waktu luang.

Fenomena keterlibatan netizen dalam menekan suatu kasus tentu bukan hal pertama terjadi baru-baru ini, sudah sejak lama bahkan terdapat fenomena terjadi baik di Indonesia hingga Dunia. Bahkan akun media sosial Microsoft turut menjadi objek keganasan netizen sebagai dampak masif dari laporan digital Civility Index yang menyebutkan bahwa tingkat kesopanan Indonesia di urutan terbawah Asia Tenggara. Komentar pedas langsung membanjiri posting-an Microsoft hingga dibatasi.

Tidak sedikit juga pihak yang memanfaatkan keberadaan kekuatan netizen dalam pembelaan suatu masalah yang dihadapi, termasuk ketika kita sering melihat posting-an viral dari video-video amatir atas ketidakpuasan atas suatu pelayanan, kemudian selalu melontarkan "saya viralkan" dengan harapan video tersebut segera viral dan diperbincangkan banyak warga internet hingga menjadi bukti untuk sampai ke pihak berwenang. Masifnya gerakan netizen dapat memicu banyak perhatian dari berbagai pihak.

Lalu, bagaimana dampaknya?

Dampaknya bisa positif atau negatif, kebebasan bermedia sosial bisa dibilang menjadi dasar dalam penyampaian opini yang hampir tidak bisa disampaikan secara langsung di dunia nyata, maka jalannya adalah menyampaikan melalui media sosial terkait pro dan kontra suatu keadaan.

Peran netizen bisa menjadi positif dikala saat ini banyak juga dorongan dalam partisipasi membantu sesama melalui open donasi, setiap individu di internet dapat menginformasikan melalui konten tentang kondisi kemiskinan dan keterbutuhan bantuan di media sosial, didukung dengan kecepatan internet yang tak terbatas informasi dapat menyebar dan masih banyak juga netizen yang berhati nurani untuk sigap membantu atau menyumbang donasi. Hashtag #twitterdoyourmagic contohnya, menjadi sarana yang efektif dalam penyebaran informasi kepada netizen melalui twitter untuk pengguna yang membutuhkan bantuan dan perhatian.

Nurani Netizen dalam kepedulian sesama dan NKRI dapat menjadi poin positif dimana persatuan masyarakat Indonesia masih eksis dan berkembang bahkan hingga ranah dunia maya. Kembali lagi pada dampak negatifnya, jagad dunia maya juga tidak kalah liar. Menurut pemaparan dari Yohanes Widodo, pengamat media sosial melalui Kompas.com menyebutkan bahwa kebebasan beropini di media sosial semakin liar dengan bertopeng pada akun anonim, bullying dimana-mana, bahkan tak sedikit salah sasaran korban tertuduh. Hal tersebut berkaitan dengan adanya pola komunikasi yang terjadi di media sosial dimana interaktifitas terjadi karena sifat komunikasi yang termediasi, sedangkan jika secara langsung pola komunikasi bersifat face-to-face. Selain itu adanya social cues atau ekspresi wajah tentu menjadi kesulitan tesendiri dalam identifikasi ekspresi wajah antara marah atau tidak.

Perlu adanya kesadaran rekam jejak digital bagi para netizen, bahwa apa yang ditinggalkan oleh jari-jari netizen tak kayal akan terekam sebagai 'portopolio' di masa depan, something bad or good semua bergantung di jari netizen, bahkan image negara bisa ada di tangan netizen, bentuk komunikasi netizen yang dilontarkan di dunia luar menggambarkan "seperti itulah komunikasi di Indonesia".

Teruntuk semua para pengguna media sosial juga sangat perlu membatasi diri, lebih baik diam dari pada meninggalkan sesuatu yang memiliki dampak buruk akan terjadi, selalu ingat juga bahwa disamping sanksi hukum, ada lagi sanksi sosial dari para netizen yang bersiap membuat mentalmu 'breakdance'.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun