Mohon tunggu...
Dessy Rahmayanti
Dessy Rahmayanti Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menko Airlangga Hartarto, Tahun 2021 Bertabur Peluang

23 Desember 2020   18:40 Diperbarui: 23 Desember 2020   18:46 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seperti yang kita ketahui, kondisi perekonomian Indonesia mengalami penurunan selama masa pandemic covid-19 ini. Presiden Joko Widodo menyebut pandemi covid-19 merusak perekonomian dari seluruh sisi, baik permintaan maupun penawaran. 

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pandemi Covid-19 tidak hanya menyebabkan krisis kesehatan tetapi juga menekan perekonomian seluruh negara di dunia. Salah satunya yaitu negara kita Indonesia. Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam perkiraan terburuk, karena perpaduan masalah pada aspek kesehatan yang merembet ke sektor ekonomi serta sebagian besar aktivitas ekonomi terhenti demi mencegah penyebaran Covid-19.

Akibat pandemi Covid-19, Indonesia menghadapi banyak masalah ekonomi. Kondisi ekonomi Indonesia sedang guncang, dan ekonomi global diperkirakan akan menurun pada tahun 2020 seperti depresi pada tahun 1930, bukan pada tahun 2008 atau 1998. Situasi ini juga memicu penurunan perdagangan bahkan perdagangan internasional. 

Di Indonesia sendiri, proses operasi berbagai sektor perlu dibatasi, seperti pabrik yang harus menghentikan proses operasi karena kondisi yang tidak memungkinkan. Kinerja perekonomian hingga kuartal III-2020 masih menunjukkan pertumbuhan yang negatif, yakni sebesar 3,49 persen. Namun, sudah memberikan gambaran akan kebangkitan ekonomi bila dibandingkan dengan kuartal II-2020 yang terkontraksi 5,32 persen.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan bahwa pada tahun 2021 menjadi tahun yang penuh peluang bagi ekonomi Indonesia. Pasalnya, diprediksi perekonomian Indonesia akan pulih dari dampak yang disebabkan oleh pandemi Covid-19.

Menko Airlangga melihat sejumlah peluang, diantaranya yaitu mulai terjadinya pemulihan ekonomi, baik pada tingkat global, maupun di dalam negeri yang ditunjukkan melalui penguatan nilai tukar rupiah berada di level Rp14.130/US$ dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang pada Desember ini mencapai level 6.100.  

Peluang lain yang akan membantu tercapainya pemulihan ekonomi pada tahun 2021 antara lain kenaikan tingkat harga komoditas utama Indonesia di pasar global, dan perluasan akses pasar akibat kerjasama pengembangan perdagangan luar negeri. Dari sisi harga komoditas, harga komoditas utama Indonesia di pasar global mengalami rebound, seperti minyak sawit mentah dan nikel. 

Rebound harga komoditas tersebut akan memberikan multiplier effect yang besar bagi kegiatan perekonomian domestik sehingga mempercepat pemulihan perekonomian nasional. 

Lebih detail dijelaskannya, peluang pertama terkait pemulihan ekonomi global terlihat dari aktivitas manufaktur negara maju dan berkembang yang sudah mulai memasuki tahap ekspansi. 

Aktivitas manufaktur Indonesia juga meningkat karena peningkatan pemanfaatan industri dalam negeri. Hal ini menunjukkan bahwa dunia usaha optimis dengan situasi perekonomian ke depan.

Disisi lain, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo optimis pertumbuhan ekonomi RI akan mulai positif. Terdapat tiga alasan penting untuk optimisme ini. Pertama, sumber pertumbuhan ekonomi tahun 2021 akan lebih baik. 

Sumber pertama pertumbuhan ekonomi adalah ekspor, ekspor mengalami perbaikan pada tahun depan. peluang meningkatnya ekspor Indonesia mendukung prospek pemulihan ekonomi di tahun 2021. Hal tersebut disebabkan membaiknya pertumbuhan ekonomi global, seperti di tahun 2021. 

Perry Warjiyo memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan mencapai 5% tahun depan setelah menyusut 2,8% pada 2020. Beberapa mitra dagang utama Indonesia, seperti China, diharapkan tumbuh 7,8%, seperti halnya Amerika Serikat 4,3%. "Ini adalah sumber pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan oleh ekspor." Ujar Perry Warjiyo. 

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede juga optimistis proses pemulihan ekonomi negara-negara mitra dagang tersebut mampu mendongkrak ekspor Indonesia tahun depan. Tidak hanya itu, Josua juga melihat prospek membaiknya ekspor tahun depan sebagai prospek angin segar untuk membantu menstabilkan nilai tukar rupiah. 

Sumber pertumbuhan ekonomi kedua adalah konsumsi swasta dan pemerintah. Dalam pandemi, langkah-langkah stimulus fiskal berhasil mendukung konsumsi masyarakat. Sumber ketiga adalah investasi dari belanja modal pemerintah. Undang-Undang Penciptaan Ketenagakerjaan juga mendorong banyak investasi yang masuk ke Indonesia. 

Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional optimistis setelah sepenuhnya terdampak pandemi Covid-19 tahun ini, investasi di Indonesia akan meningkat menjadi 6,4% tahun 2021. 

Berdasarkan data Bappenas, target pencapaian investasi pada 2021 mencapai Rp. 858,5 triliun, lebih tinggi dibandingkan dengan target realisasi investasi pada tahun 2020. Sementara itu, Bank Dunia memproyeksikan ekonomi Indonesia pada tahun depan hanya akan tumbuh 4,4% yang terutama didorong oleh pemulihan konsumsi masyarakat, dan akan menguat pada tahun 2022, diikuti dengan pembukaan lebih lanjut dan pelonggaran pembatasan sosial pada tahun 2022.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun