Mohon tunggu...
Dessy Margareta
Dessy Margareta Mohon Tunggu... -

Just ordinary woman

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filosofi Sebagai Landasan Berpikir

24 Juni 2012   09:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:36 2023
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Banyak orang yang memandang sinis terhadap filsafat, mereka melihat filsafat seolah ilmu yang tidak memberi manfaat. Sehingga tidak sedikit orang yang berpaling dari filsafat, filsafat dianggap seolah berada dipuncak menara dan tidak bersentuhan dengan realitas yang terjadi. Kalau kita merujuk pada akar filsafat itu sendiri yang berarti cinta kebijaksanaan, tentu semua ilmu berawal dari filsafat.

Filsafat bagaikan prajurit yang merebut sebuah wilayah dan setelah menguasainya ia menyerahkan kepada pasukan lain untuk menguasai dan menjaga daerah taklukan tersebut. Pada kenyataannya memang filsafat seperti itu, hanya mencari filosofi sebuah ilmu. Kemudian ilmu yang menjadi temuan filsafat tadi melahirkan ilmu pengetahuan baru untuk mengkaji lebih dalam ilmu yang menjadi temuan tadi.

Fungsi filsafat disini hanyalah sebagai peletak landasan berpijak pengetahuan. Apa yang menjadi landasan ilmu pengetahuan yang ada saat ini adalah proses penemuan dan kajian filsafat. Filosofi diperlukan untuk menetapkan apa yang menjadi landasan berpikir untuk melihat masa depan ditengah-tengah ribuan pilihan yang sama pentingnya.

Setiap orang tentu punya cara berpikir yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Dan pada saat yang sama akan mengalami pilihan-pilihan yang saling bertentangan satu dengan yang lainnya. Dalam kondisi seperti ini nilai sebuah filosofi menjadi akan menjadi penting dan sangat diperlukan.

Dalam perjuangan membangun bangsa Indonesia yang penuh dengan keterbatasan dan kesulitan yang menghimpit dimasa penjajahan. Sukarno dengan pemahaman filosofi perjuangan dan pemahaman kesulitan saat itu, ia memilih untuk berpikir demokrasi terpimpin. Pilihan itu tentu merupakan pilihat yang tepat saat itu mengingat ia tidak memiliki banyak pilihan, tidak memiliki tenaga yang cukup untuk membantunya dan ia dikelilingi oleh pilihan-pilihan yang cenderung konflik satu dengan yang lainnya.

Hal yang sama juga dipraktekan oleh pemimpin Uni Emirat Arab dimana filosofi yang dianutnya berbeda dengan filosofi yang dianut oleh dunia barat. Dimana dunia barat menganggap bahwa politik dulu baru ekonomi, dimana filosofi ini didasari oleh pemahaman bahwa ekonomi tidak akan berjalan ketika demokrasi belum terlaksana dengan baik. Namun Sheikh Mohammed Bin Rashid memiliki filosofi lain, bahwa ekonomi dulu baru politik.

Landasan berpikirnya berangkat dari asumsi bahwa politik tidak akan berlangsung secara demokratis ketika ekonomi belum mapan. Menurutnya untuk menuju pada politik yang beradab maka manusia harus sejahtera lebih dulu. Terbukti filosofi yang di terapkan mampu membawa Uni Emirat Arab menjadi negara yang maju.

Tentu setiap orang memiliki filosofi yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain, hal ini sangat ditentukan oleh kemampuan masing-masing orang dalam melihat apa yang menjadi impian-impian mereka. Kepekaan mereka dalam memahami fenomema yang terjadi akan berpengaruh terhadap filosofi yang mereka anut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun