Mohon tunggu...
desril abigail
desril abigail Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemulihan Ekonomi Pasca Covid oleh APEC

6 Oktober 2022   19:39 Diperbarui: 6 Oktober 2022   19:41 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Asia-Pacific Economic Cooperation atau APEC adalah organisasi yang didirikan oleh negara-negara Asia-Pasifik di Australia pada tahun 1989 untuk menjalin kerjasama di bidang ekonomi.

Tujuan APEC adalah untuk memperkuat kerja sama yang berkembang di kawasan Asia-Pasifik.

APEC memiliki 21 negara anggota, yang semuanya bertujuan untuk mempercepat integrasi ekonomi regional dan menciptakan kemakmuran bagi masyarakat di kawasan dengan mempromosikan pertumbuhan yang seimbang, inklusif, berkelanjutan, inovatif dan aman. APEC didirikan sebagai gagasan Perdana Menteri Australia Bob Howke dan secara resmi didirikan di Canberra, Australia pada November 1989. APEC didirikan terutama sebagai tanggapan atas peningkatan kerja sama ekonomi Asia-Pasifik.

APEC dibentuk sebagai bagian dari menjamurnya blok-blok ekonomi regional di akhir abad ke-20, seperti Uni Eropa (UE) dan Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA). Kerjasama yang terjalin merupakan kerjasama apolitis. Bahkan, anggota APEC disebut "ekonomi" karena setiap anggota berinteraksi satu sama lain sebagai entitas ekonomi daripada negara.

Kondisi Ekonomi Asia Pasifik Saat Pandemi Covid 19

Pandemi Covid 19 memaksa negara-negara kawasan Asia Pasifik untuk melakukan lockdown, yaitu kebijakan untuk membatasi interaksi sosial secara besar-besaran baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Kebijakan tersebut ditetapkan untuk meminimalisir penyebaran virus Covid 19. Akan tetapi, kebijakan tersebut menyebabkan gangguan terhadap perekonomian internasional.

Perekonomian di kawasan Asia Pasifik terkontraksi sebesar 1,9 persen pada tahun 2020. Pertumbuhan ekonominya menurun sebesar 0,5 persen menjadi 4,9 persen. Nilai investasi ke kawasan ini rendah, padahal Asia Pasifik merupakan kawasan terbesar bagi penanaman modal asing. Kegiatan ekonomi yang terhambat akibat pembatasan interaksi sosial juga membuat banyak perusahaan mengalami kebangkrutan, sehingga berdampak pada peningkatan jumlah pekerja yang terpaksa diberhentikan. Salah satu faktor kebangkrutan tersebut adalah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang kekurangan modal dan keahlian teknologi untuk mengembangkan usahanya secara online. Tingkat pengurangan jumlah tenaga kerja kawasan Asia Pasifik adalah sebesar 1,8 miliar pekerja di tahun 2020. India menjadi negara Asia Pasifik dengan tingkat pengurangan jumlah tenaga kerja tertinggi, yaitu sebanyak 30,4 juta pekerja. Lapangan kerja yang semakin sempit akibat banyak perusahaan yang bangkrut dan meningkatnya jumlah pekerja yang terpaksa diberhentikan berdampak pada meningkatnya jumlah pengangguran di kawasan ini. Secara keseluruhan, jumlah pengangguran meningkat sebesar 18 persen di tahun 2020 dibandingkan tahun sebelumnya atau sebanyak 101,1 juta orang. Amerika Serikat menjadi negara Asia Pasifik dengan tingkat pengangguran tertinggi, yaitu sebesar 8,3 persen.

Kesenjangan dan ketidaksetaraan ekonomi selama pandemi Covid 19 merupakan tantangan yang berat bagi kawasan Asia Pasifik. Pemerintah negara-negara di Asia Pasifik telah berupaya untuk mengelola pertumbuhan ekonomi dalam situasi pandemi. Negara-negara maju di kawasan seperti Amerika Serikat, Jepang, Australia, dan Singapura mengalokasikan anggaran lebih besar untuk menanggapi kebijakan terhadap pandemi. Alokasi mereka melebihi 25 persen dari total PDB. Sementara untuk negara-negara berkembang seperti Filipina dan Vietnam, alokasinya kurang dari 15 persen dari total PDB untuk mendukung pemulihan ekonomi.

Upaya APEC Dalam Pemulihan Ekonomi Pasca Pandemi COVID-19

Pada tahun 2021 di tiga bulan pertama, APEC telah berhasil membuktikan pertumbuhan ekonomi yang positif. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan aktivitas ekonomi dan kinerja perdagangan. Pertumbuhan ekonomi ini merupakan suatu keterlibatan dari aksi kebijakan untuk kelancaran aktivitas perdagangan barang, khususnya barang-barang esensial dan vaksin sebagai wujud penerapan dari komitmen yang telah dibuat pada Juni 2021 dalam Pertemuan Menteri Perdagangan APEC (Ministers Responsible for Trade/MRT). Meski begitu pertumbuhan ekonomi yang belum merata merupakan suatu tantangan bagi negara anggota APEC, salah satunya ketersediaan dan akses terhadap vaksin yang belum merata telah menghambat pemulihan ekonomi di kawasan.

Dimana kesenjangan dan tidak seimbangnya akses terhadap vaksin sendiri merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap penghambatan pemulihan ekonomi yang merata. Maka sektor perdagangan dan peningkatan kerjasama (kolaborasi) merupakan faktor penting dalam upaya pemulihan ekonomi di kawasan Asia Pasifik. Seperti apa yang telah disampaikan oleh Menteri Perdagangan RI bahwa lancarnya arus perdagangan dapat memberi jaminan terhadap akses vaksin yang merata melalui aktivitas perdagangan yang intens untuk memastikan pemerataan akses vaksin. Pasca pandemi COVID-19 perdagangan menjadi hal yang benar-benar diperhatikan dalam pembahasan AMM (APEC Ministerial Meeting). Semua menteri APEC menitikberatkan pentingnya suatu pendekatan yang adaptif dan kolaboratif guna memastikan sektor perdagangan yang berkelanjutan. APEC ingin seluruh negara anggotanya dapat mengadaptasi penerapan daya tahan ekonomi di kawasan melalui sinergi dengan sektor bisnis dan berbagai kebijakannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun