Perempuan yang semula menawan, menjadi sangat mengerikan. Terlebih ketika ia berhasil mengeluarkan bola mata yang bijinya masih bergerak ke kanan juga ke kiri. Dan perempuan itu memakan bola matanya sendiri seperti melahap sebutir anggur. Kemudian tertawa. Terbahak. Memecah gaduhnya binatang malam.
*
Laki-laki itu mulai sadar.
Samar kudengar keributan di luar sana. Kudapati diriku terbaring di sebuah rumah berdinding anyam bambu. Seseorang membuka pintu.
"Leher dan kepalamu terluka. Sebaiknya beristirahatlah beberapa hari di sini. Aku akan mengobatimu."
Aku meraba suara paraunya, menerka sesuai ingatan yang lamat-lamat. Seperti suara kakek yang berjualan ubi di pasar baru.
"Nak, minumlah ramuan ini."
Pemilik suara parau mendekat. Terlihat tangan keriput memegang batok kelapa yang diyakini berisi ramuan mujarab.
Tidak mungkin! Aku menatapnya. Perempuan yang memakan bola matanya, berdiri di hadapanku. Mengaduk-aduk isi batok kelapa yang anyir.
Aku berteriak. Orang-orang yang semula membuat ribut di depan pintu, memadati ruangan, bergantian menatapku.
Sial! Perempuan yang memakan bola matanya sendiri, kini ada di mana-mana, berjajar mengelilingiku. Tiba-tiba kurasakan sesak yang luar biasa. Hampir mati aku dibuatnya. Kuambil ranting kayu, kuancam mereka satu per satu.