Mohon tunggu...
Desy Hani
Desy Hani Mohon Tunggu... Lainnya - Happy reading

Hi, you can call me Desy - The Headliners 2021 - Best in Opinion Kompasiana Awards 2023 - Books Enthusiast - Allahumma Baarik Alaih

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Mengenal "Imposter Syndrome", Ketika Rasa Gelisah Menyelimuti Diri

4 Oktober 2021   21:05 Diperbarui: 22 Mei 2022   22:44 1368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Imposter syndrome, salah satu sindrom yang dapat menyerang para penduduk bumi, ketika keyakinan akan kemampuan yang dimiliki terhapuskan hanya karena rasa tidak percaya diri. Baikkah perilaku demikian bersarang di dalam diri tanpa adanya sebuah solusi? 

Ketika mendengar kata imposter, sebagian besar para para pecinta dunia game akan langsung berfokus pada karakter yang hadir di dalam permainan among us. 

Pada permainan tersebut, imposter merupakan pemain penipu yang memiliki tugas untuk mengacaukan permainan. 

Tidak hanya itu saja, imposter juga bertugas untuk membunuh karakter lain tanpa ketahuan. 

Among us dan imposter syndrome | sumber: 20.detik.com
Among us dan imposter syndrome | sumber: 20.detik.com

Namun ternyata, imposter tidak hanya terkenal di dunia game saja, karena imposter pun hadir menghiasi dunia nyata tempat para penduduk bumi berpijak dan ini dikenal dengan istilah imposter syndrome atau yang juga dikenal dengan fraud syndrome. 

Imposter di dunia nyata berbeda dengan karakter imposter yang hadir di permainan among us, karena imposter syndrome berpusat pada keraguan yang dirasakan oleh seseorang.

Dilansir dari hellosehat.com bahwa imposter syndrome atau fraud syndrome merupakan kondisi psikologis di mana seseorang merasa tidak pantas meraih kesuksesan yang telah dicapainya. 

Istilah imposter syndrome berasal dari sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 1978 silam oleh Pauline Rose Clance dan Suzanne Imes dari Georgia State University, yang berjudul "The Imposter Phenomenon in High Achieving Women: Dynamics and Therapeutic Intervention."

Dan menurut ulasan pada tahun 2020, 9% hingga 82% orang mengalami imposter syndrome, jumlahnya dapat bervariasi tergantung pada siapa saja yang berpartisipasi dalam penelitian tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun