Mohon tunggu...
Desy Hani
Desy Hani Mohon Tunggu... Lainnya - Happy reading

Hi, you can call me Desy - The Headliners 2021 - Best in Opinion Kompasiana Awards 2023 - Books Enthusiast - Allahumma Baarik Alaih

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Waspadai "Self-Loathing", Pola Membenci Diri Sendiri yang Sebaiknya Dihindari

11 September 2021   17:11 Diperbarui: 16 September 2021   23:15 1022
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi self loathing | sumber: Foto: theguidancegirl.com 

Self loathing, salah satu sikap yang cenderung membenci diri sendiri. Baikkah tindakan demikian menguasai diri tanpa adanya sebuah solusi?

Benci, satu kata yang terdiri dari lima huruf dengan makna yang begitu mendalam dan cenderung ke arah yang lebih negatif. 

Ketika kamu berhasil membenci sesuatu, akan timbul aura emosi, perasaan tidak suka, hingga tidak memiliki tingkat kepedulian lagi terhadap objek sasaran yang kamu tuju tersebut. 

Ada berbagai macam faktor yang menyebabkan seseorang bisa melabelkan kata "benci", dan ada berbagai macam penyebab kenapa seseorang bisa membenci. 

Misalnya, A sangat membenci B karena sikapnya yang kekanak-kanakan dan sangat suka memanipulasi pembicaraan. 

Sudah terlihat secara jelas, bahwa A sudah melabelkan kata benci kepada B. Semua ini disebabkan oleh sikap B yang cenderung memuakkan keadaan bagi A. 

Sangat jelas tergambarkan bahwa objek sasaran yang dibenci oleh A adalah seseorang yang bernama B tersebut. 

Namun ternyata, melampiaskan kata benci tidak selalu ditujukan kepada orang lain, karena sebagian besar dari para penduduk bumi (tidak semuanya) mampu melampiaskan kebencian kepada dirinya sendiri. 

"Ya ampun bodoh banget, begini aja kok nggak bisa sih, kenapa gagal lagi tes kali ini, mau jadi apa ini Sesilia, Wisya aja bisa lulus kenapa nggak bisa sih, ih nyebelin banget deh"

Rangkaian kalimat di atas, merupakan jeritan Sesilia di dalam hati karena pencapaiannya yang gagal menghadapi sebuah tes. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun