Sudah bisa dipastikan bila ghosting dan slow fade merupakan kembar identik alias sama persis. Berkat kemajuan zaman, muncullah istilah demikian.
Mari ambil permisalan secara sederhana tentang ghosting ataupun slow fade yang terjadi di dunia percintaan era digital.
Yusman dan Novi telah berteman sejak masih berada di bangku sekolah menengah pertama.Â
Keduanya kembali bertemu ketika Yusman menempuh pendidikan di salah satu universitas di kota yang sama dengan Novi (beda universitas, namun berada pada satu kota).
Keduanya tidak hanya sekadar berteman secara nyata sejak di bangku sekolah menengah pertama saja. Namun mereka berdua telah berteman di berbagai media sosial.
Namun suatu ketika, Yusman menghubungi Novi. Pada awalnya, Novi biasa saja menanggapi pesan yang dikirimkan oleh Yusman, karena pada dasarnya, keduanya memang telah berteman di dunia nyata.
Tanpa pernah disangka, intensitas komunikasi keduanya semakin sering terjadi. Tidak hanya sebatas chatting semata, Yusman juga selalu menyempatkan untuk menelpon Novi. Komunikasi keduanya bisa dikatakan telah terjalin lebih dari 100 hari.
Hingga akhirnya, Novi mulai menaruh hati kepada Yusman. Hatinya selalu berbunga-bunga ketika Yusman menyapa dirinya, meskipun melalui perantara alat komunikasi.
Hari demi hari berlangsung dan Yusman mulai berperilaku aneh dengan cara berangsur menjauh, seperti mulai tidak menghubungi lagi bila tidak dimulai oleh Novi.
Selain itu, Yusman mulai membalas pesan apa adanya, mulai tidak antusias ketika membalas pesan ataupun ketika sedang berkomunikasi melalui telepon, hingga akhirnya, Yusman melancarkan jurus ghosting alias slow fade secara tiba-tiba. Duarrrr...
