Mohon tunggu...
Desy Hani
Desy Hani Mohon Tunggu... Lainnya - Happy reading

Hi, you can call me Desy - The Headliners 2021 - Best in Opinion Kompasiana Awards 2023 - Books Enthusiast - Allahumma Baarik Alaih

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Bahayanya "Erotomania Syndrome" terhadap Delusi Cinta yang Berlebihan

22 Januari 2021   19:39 Diperbarui: 28 Januari 2021   13:21 1182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi erotomania syndrome | shutterstock via Kompas.com

Perilaku seperti ini tentunya dapat menimbulkan simbiosis parasitisme, di antara orang yang mengagumi dan yang dikagumi, karena tindakan yang dilakukan oleh para pelaku erotomania sudah lebih dari ambang batas kewajaran. 

Sumber : klikdokter.com - Ilustrasi erotomania syndrome
Sumber : klikdokter.com - Ilustrasi erotomania syndrome

Biasanya para pelaku erotomania ini akan melakukan tindakan, seperti:

Pertama, selalu membicarakan objek sasarannya

Perilaku pertama yang sering ditunjukan oleh para pelaku erotomania adalah selalu membicarakan sang idola (seperti ilustrasi di atas).

Membicara seseorang yang kita idolakan kepada orang lain itu sangat wajar bila terjadi, layaknya orang yang sedang jatuh cinta.

Perhatikan saja teman, saudara atau siapapun itu yang memiliki idola, baik itu aktris, aktor, penyanyi ataupun chef. Tidak jarang, mereka akan secara berkala membicara orang yang bersangkutan, karena rasa kagum terhadap orang tersebut.

Tindakan yang dilakukannya tentu masih dalam batas kewajaran, karena membicarakan hanya sebatasnya saja.

Namun tidak dengan pelaku erotomania, dirinya akan terus membicara sang idola yang dikaguminya tersebut. Serta memiliki keyakinan kuat bahwa orang yang dikaguminya itu memiliki perasaan terhadapnya.

Dirinya sangat yakin bahwa idola tersebut telah jatuh cinta secinta-cintanya dengan dirinya. Padahal ini hanyalah delusi semata. 

Nyatanya, mereka tidak pernah bertemu ataupun berkomunikasi. Ini yang tidak wajarnya, ibaratnya telah memaksa orang lain untuk menjadi miliknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun