Mohon tunggu...
Desi Arisandi
Desi Arisandi Mohon Tunggu... Lainnya - Desi Arisandi

Ada

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Pengalaman Mengikuti Pemilu di Tahun 2019

30 Oktober 2020   14:45 Diperbarui: 30 Oktober 2020   14:59 758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

   Beberapa pekan sebelum memilih saya bertanya terlebih dahulu kepada keluarga saya terutama ibu. Saya menanyakan bagaimana cara saya melihat seorang pemimpin yang baik untuk negara? Di bagian mana saya mencoblosnya? Terus sosok yang seperti apa yang saya harus pilih? Pertanyaan seseorang mahasiswa awam yang belum pernah mengikuti pemilu sebelumnya, maklum ya teman-teman Hehee ..

   Kemudian ibu saya menjelaskan bahwa saat kita memilih seorang pemimpin untuk negara yang besar ini yaitu pilihlah yang memiliki sikap bijaksana, bertanggungjawab dan berkarakter sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila karena pemimpin yang kita pilih nanti akan membawa negara kita, yah negara Indonesia menjadi lebih baik lagi kedepannya.

   Oiyah.. banyak loh yang beranggapan bahwa apabila satu orang tidak menggunakan hak suara (golput) itu tidak berpengaruh apa-apa? Ini pemikiran yang salah ya teman-teman bahwa satu suara itu menentukan Indonesia ke depannya mau seperti apa. Coba bayangkan jika 1 RT ada 1 orang yang tidak menggunakan hak suaranya? Kalikan dalam 1 RW ada berapa orang? 1 Kelurahan? 1 kecamatan? 1 kota? Sampai 1 provinsi? itu nilai yang besar loh teman-teman bisa mencapai ribuan bahkan jutaan suara.

   Harus kita tahu bahwa banyak negara lain yang menganut sistem demokrasi tetapi tidak sebaik sistem di indonesia. Seharusnya kita bersyukur karena kita bisa memilih langsung siapa pemimpin yang kita inginkan tanpa paksaan dari orang lain untuk duduk di kursi pemerintahan seperti layaknya Nahkoda yang mengendarai kapalnya atau seperti masinis yang membawa penumpangnya sampai ke tujuannya.

   Indonesia pernah menganut 2 sistem dalam pemilihan umum yang disebut sebagai distrik dan proporsional. Single member constituency (Distrik) artinya satu daerah untuk pemilihan hanya memiliki wakil satu saja sedangkan sistem proporsional atau multi member constituency adalah satu daerah memiliki beberapa wakil. Awalnya Indonesia menggunakan sistem distrk sampai akhirnya sekarang Indonesia berubah menggunakan sistem peroporsional karena ternyata negara Indonesia cocok dengan sistem pemilu proporsional alasannya karena tanpa adanya distorsi atau kesenjangan sehingga semua golongan masyarakat memperoleh peluang untuk menampilkan wakilnya di kursi pemerintahan dan rasa keadilan pun bisa terpenuhi.

   Kemudian budaya politik yang dianut oleh Indonesia yaitu budaya politik partisipan. Budaya politik partisipan merupakan sikap warga negara untuk aktif dalam kehidupan bernegara contohnya menggunakan hak suaranya saat pemilihan umum dan memberikan kritikan apabila pemerintah melakukan perbuatan yang menyimpang. Hal tersebut di atur dalam undang-undang loh jadi teman-teman tidak perlu khawatir ya jika ingin mengkritis kinerja pemerintahan tetapi harus bertanggungjawab atas apa yang teman-teman kritik.

   Pemilu tahun 2019 ini terdapat 2 pasangan calon untuk presiden dan wakil presiden pada No. urut 1 di isi oleh bapak Joko widodo dan ma'ruf amin sebagai partai pengusung dari partai PDIP dan untuk No. urut 2 diduduki oleh bapak prabowo subianto dengan sandiaga uno partai pengusung dari Gerindra. Dua pasangan calon yang memiliki karakter yang baik, memiliki janji---janji kampanye yang membawa Indonesia lebih baik ke depannya dan yang saya belum ketahui apakah kedua pasangan calon dapat bertanggungjawab atas janji atau kewajibannya? Hati saya masih bertanya-tanya.

   Sampai akhirnya tepat tanggal 9 April 2019 jatuh pada hari Rabu, semua yang bekerja dan bersekolah diliburkan serentak untuk berbondong-bondong menuju TPS (Tempat Pemungutan Suara). Semua orang menyiapkan diri siapakah pemimpin yang akan dipilihnya, saya dan keluarga pun bersiap untuk menuju TPS dengan membawa DPT dan KTP sebagai persyaratan untuk mengikuti pemilu. Suasana di TPS sudah tertata rapi, dengan antrian yang lumayan banyak, tertibnya orang-orang untuk mengambil kertas suara dan tempat pencoblosan yang tertutup sebagai bukti menjalankan asas Rahasia serta adanya tinta berwarna ungu sebagai bukti juga bahwa kita sudah menggunakan hak suara kita.

   Gemetar dan hati deg-degan ketika saya maju untuk menyerahkan DPT dan KTP kemudian mengambil kertas suara. Saya lihat perlahan-lahan dan sambil berpikir siapa yang akan saya pilih serta mulai mencoblosnya satu persatu dari mulai DPRD Kota/Kabupaten, DPRD Provinsi, DPD RI, DPR RI dan terakhir Presiden dan wakil presiden. Semua keadaan kertas suara yang saya pegang dalam keadaan baik tidak sobek atau bolong, jadi untuk teman-teman harus diperhatikan kertas suaranya ya sebelum memilih.

   Akhirnya, saya merasa lega setelah memilih dan mencoblos pemimpin sesuai yang saya inginkan dan sesuai kriteria saya sendiri. Saya belajar dari pengalaman pemilu ditahun 2019 ini kesimpulannya, pertama Tidak Golput (Golongan Putih) sebagai generasi millenial kita harus tahu bahwa suara kita sangat berperan penting untuk bangsa indonesia kedepannya. Dengan tidak golput ini menandakan bahwa kita sebagai generasi millenial cinta dan peduli terhadap negara loh, saat memilih seorang pemimpin lihatlah terlebih dahulu apakah beliau memiliki sikap bijaksana dalam mengambil keputusan dan dapat menyalurkan suara rakyat? Jika iya maka jangan ragu untuk memilihnya ya. Kedua, Mengkritisi pemerintahan sebagai generasi millenial harus belajar cara mengkritisi kebijakan pemerintah, karena sebuah kekuasaan tanpa kontrol memungkinkan terjadinya penyimpangan seperti KKN. Dimana negara demokrasi menjunjung sistem pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat demi tercapainya NKRI yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur sesuai dengan pasal 28 UUD 1945. Dan ketiga, Bukan hanya followers tetapi menjadi trendsetter sebagai generasi millenial harus bisa proaktif untuk ikut serta secara nyata dalam sektor pembangunan. Selain itu, Generasi millenial juga harus menjadi lokomotif, yang mampu menghadapi tantangan dengan mengedepankan karakter optimis, kreatif, inovatif dan mencari solusinya.

   Beberapa pekan lagi kita akan menghadapi pilkada serentak 2020, dimana pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) merupakan bagian dari demokrasi dan tantangan saat ini, pilkada terlaksana dengan adanya wabah covid-19. Tetapi ini bukan menjadi penghalang bagi kita untuk golput, pastikan namamu terdaftar sebagai pemilih, kenali calon pasangan pilkada yang memiliki hati nurani dan jangan lupa tetap menjalankan protokol kesehatan saat pergi ke TPS (Tempat Pemungutan Suara). Indonesia Merdeka

dokpri
dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun