Mohon tunggu...
Desi
Desi Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa PPG Prajabatan

Acute daydreamer

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bagaimana Guru Menjembatani Perkembangan Emosional Siswa Remaja dalam Proses Pembelajaran

16 April 2023   21:01 Diperbarui: 16 April 2023   21:02 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar:  Igor Ovsyannykov dari Pixabay 

Masa remaja merupakan masa yang sangat krusial dalam kehidupan seorang siswa karena keberhasilan dalam menghadapi masa depannya juga dipengaruhi oleh keberhasilan remaja dalam menjalani perkembangannya. Namun dalam perkembangannya, usia remaja adalah usia yang sangat rentan karena siswa sedang berada dalam masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa. 

Secara kognitif, siswa sudah mampu mengembangkan pola pikir yang logis tentang sebuah gagasan, membuat rancangan dan strategi, serta memiliki wawasan berpikir yang lebih luas di bidang yang lebih variatif seperti identitas diri, agama, moral, keadilan dan banyak lagi. 

Selain itu, siswa di usia remaja memiliki tantangan dalam meregulasi emosinya yang masih meletup-letup dan belum matang sepenuhnya. Dalam perkembangan emosi siswa di bangku SMA, Hurlock (1992) mengemukakan perubahan yang terjadi, yaitu: (1) Ingin menyendiri, (2) Bosan, (3) Inkoordinasi, (4) Antagonis Sosial, (5) Emosi yang meninggi, (6) Hilangnya Kepercayaan Diri. Perubahan dalam diri siswa ini harus senantiasa di pantau oleh guru maupun orang tua demi membimbing siswa terhindar dari tindakan mengalihkan dorongan emosional mereka ke arah yang negatif.

Bercermin dari pengalaman penulis selama praktik mengajar di sekolah dan melihat langsung aktifitas yang terjadi di salah satu SMA Negeri di Kota Jambi, pemandangan siswa yang keluar masuk untuk mengikuti sesi konseling sudah tidak menjadi hal yang aneh. Mereka memerlukan bimbingan karena berbagai macam alasan tapi benang merah dari alasan yang dapat penulis simpulkan adalah belum matangnya cara berpikir mereka dalam mempertimbangkan sesuatu.

Walaupun tidak berlaku untuk semua siswa, namun mayoritas siswa yang membutuhkan bimbingan adalah siswa yang memandang sesuatu dari perspektif mereka sendiri. 

Menurut Ali & Asrori (2005) siswa SMA berada pada periode remaja tengah dimana pada periode ini remaja mulai melihat berbagai fenomena di masyarakat yang menunjukan kontradiksi dengan nilai-nilai yang mereka pahami sehingga mereka mulai mempertanyakan kebenaran dan serta konsep baik-buruk dari suatu masalah.  Sehingga mereka membangun nilai-nilai mereka sendiri yang mereka percayai.

Dalam proses pembelajaran di kelas, gejolak emosi siswa yang belum matang akan terlihat di kelas ketika guru kurang memiliki inisiatif untuk memancing dan melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Sikap ini dapat diinterpretasikan oleh siswa sebagai bentuk pengabaian. 

Sedangkan ketika guru hanya berfokus melibatkan satu atau dua siswa maka siswa lain akan mengalami apa yang kita sebut kecemburuan sosial. Responnya tidak selalu dalam bentuk siswa yang merasa tertantang dan berlomba-lomba kearah yang lebih baik tapi terkadang mereka justru kehilangan minat untuk berkompetisi sehingga mereka menjadi sangat pasif dan acuh di kelas. 

Di sinilah peran guru yang harus mampu memahami karakteristik peserta didiknya dan memahami ciri dan tahap perkembangan siswa di usia remaja. Dengan demikian guru dapat mengajar dengan metode yang sesuai dengan perkembangan  siswanya serta mendidik melalui pendekatan yang tepat.

Meskipun berada dalam fase perkembangan emosional yang bergejolak, tidak dapat dipungkiri bahwa remaja di bangku SMA juga memiliki kelebihan tersendiri. Kelebihan itu diantaranya adalah kemampuan penalaran yang lebih matang, kemampuan membedakan hal yang konkrit dan konsep abstrak, serta mulai mampu menerapkan proses berpikir efisien (Piaget, 1977). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun