Mohon tunggu...
Deshinta Archery
Deshinta Archery Mohon Tunggu... Atlet - sedang belajar

urip iku urup

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pangan 2019, Sorguminasi

30 Oktober 2019   03:33 Diperbarui: 1 November 2019   16:46 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"ra sego ra mangan" atau yang dalam bahasa Indonesianya "tidak nasi (beras) tidak makan" merupakan kata-kata  sering kita dengar dan diucapkan oleh sebagian masyarakat Indonesia.

Hal ini menandakan telah mendarah dagingnya nasi beras sebagai syarat mutlak masyarakat Indonesia untuk makan. Masyarakat sering mengatakan "belum makan" saat mereka belum memakan nasi beras meskipun telah memakan roti, jagung, maupun sumber karbohidrat lainnya.

Tren makan nasi beras mulai populer dan dielukan semenjak jaman orde baru. Sebelumnya masyarakat di Indonesia memiliki makanan pokok yang berbeda di setiap tempatnya.

Misalnya di Maluku dan Papua yang menjadikan sagu sebagai makanan pokoknya dan masyarakat di Nusa Tenggara yang memiliki makanan pokok berupa sorgum dan jagung. Namun pada masa ini, pemerintahan Soeharto meberlakukan beras-isasi bagi seluruh rakyat  Indonesia yang menjadikan makanan pokok di Indonesia homogen dengan beras saja.

Kehomogenan makanan pokok di Indonesia menimbulkan beberapa masalah seperti cara pemenuhannya serta pro kontra penetapan harganya. Masyarakat menginginkan murahnya harga beras namun disisi lain petani merasa dibunuh perlahan karena harga jual tidak sebanding dengan perjuangan penyediaan.

Rendahnya harga jual juga menyebabkan banyak petani yang enggan menggarap sawahnya dengan menanam padi dan ini sangat mempengaruhi ketersediaan beras padi di Indonesia. Jika hal ini terus menerus terjadi maka Indonesia kemungkinan akan mengalami krisis pangan dalam beberapa tahun kedepan.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk tetap menjaga keseimbangan pangan serta swasembada beras adalah dengan mengurangi konsumsi masyarakat terhadap beras dengan menggantinya menggunakan sumber karbohidrat lain.

Pada peringatan hari pangan se-Jawa Tengah tahun 2019 tanggal 25-27 Oktober 2019 di Kampus 3 IAIN Salatiga kemarin, stand dari Kabupaten Demak memberikan salah satu opsi untuk menjawab permasalahan peralihan bahan pangan pokok ini dengan menggunakan sorgum sebagai bahan pangan peralihannya. Stand kabupaten Demak menyediakan benih sorgum hingga ke produk olahan sorgum disertai penjelasan budidaya dan pasca panennya.

Sorgum dengan nama latin Sorghum spp. ini merupakan salah satu tanaman serealia dengan tinggi mencapai seukuran tinggi jagung dan memiliki bermalai dengan biji kecil-kecil. Sorgum cocok ditanam pada kondisi suhu udara yang kering dan panas.

Sorgum dipilih sebagai pengganti beras karena memiliki banyak kelebihan. Dalam segi budidaya, budidaya sorgum termasuk mudah dikembangkan karena sorgum dapat bertahan pada lahan kering yang minim unsur hara bahkan pada lahan tinggi garam sekalipun.

Selain dari sisi budidaya, sorgum juga memiliki kelebihan dalam sisi kandungan gizinya. Kandungan gizi sorgum diklaim lebih baik dari pada nasi beras dengan kandungan protein, kalsium, zat besi, fosfor dan vitamin B1 yang lebih tinggi daripada nasi beras. Selain itu, kandungan gula dari sorgum yang rendah menjadikan sorgum baik untuk dikonsumsi oleh penyandang diabetes.

Untuk memopulerkan sorgum perlu diadakannya pengolahan lanjutan terhadap biji sorgum baik dijadikan olahan seperti kue, nasi goreng sorgum, sereal maupun sorgum flakes. Pengolahan sorgum menjadi olahan makanan yang kekinian akan membantu dalam penarikan minat masyarakat terhadap konsumsi sorgum.

Peran serta pemerintah dalam sosialisasi sorgum sebagai pengganti nasi beras juga sangat penting terutama dalam menarik minat masyarakat dan petani dalam mengembangkan sorgum.

Selain menjadi pangan, sorgum juga dapat digunakan sebagai pakan, bahan pembuatan ethanol, obat-obatan, repung sorgum, serta sebagai bahan baku pembuatan kertas dan papan partikel meja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun