Mohon tunggu...
desfin sabrina
desfin sabrina Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Distress Akibat Transisi Pasca Bencana Palu

31 Desember 2018   15:08 Diperbarui: 31 Desember 2018   15:45 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penduduk Indonesia dari data Sensus tahun 2010 berjumlah 237.641.326 jiwa ( bps.go.id ). Angka ini memiliki nominal sangat banyak untuk mendiami pulau- pulau di Indonesia yang luasnya mencapai 5.455.675 km2. 

Letak wilayah Indonesia secara astronomi maupun geografi berada pada rangkaian gunung api aktif dunia ( Ring of Fire ). Hal ini tentu, mengundang berbagai bencana alam endogen dan eksogen salah satunya gejala tektonik, vulkanik menjadi peringatan bencana yang tidak bisa diprediksi setiap waktu. Selain itu, pulau-pulau di Indonesia juga rawan tsunami.

Bencana alam menimbulkan dampak dari skala kecil hingga besar. Kerugiannya pun bersifat materiil maupun psikologi. Untuk itu, Perlu digalakkan upaya meminimalisir dampak bencana baik dari sisi materiil dengan membangun rumah tahan gempa, sosialisasi gejala gempa, tsunami, Gunung meletus, dan penanganan psikologi melalui PSTD.

Bencana alam baru baru ini terjadi tepatnya tanggal 9 Oktober 2018 di Palu, Sulawesi Tengah. Gempa berkekuatan 7,4 SR pukul 17:02:44 WITA disusul tsunami kedalaman 10 KM magnitude 7,7 SR (bmkg.go.id). Kerusakan bangunan yang berhasil dihimpun  menurut laporan harian BNPB tertanggal 9 Oktober 2018 ialah: rumah rusak 67.310 unit, fasilitas kesehatan 20 unit, fasilitas peribadatan 99 unit, dan jalan rusak di 12 titik (bnpb.go.id).

Bencana alam ini juga menelan banyak korban jiwa. Menurut data BNPB setidaknya korban meninggal dunia ada 2.037 jiwa, hilang  671 jiwa dan pengungsi 74.044 jiwa. Peristiwa yang terjadi dalam durasi singkat tersebut menjadi sebuah tamparan keras sarat kepedihan bagi keluarga yang ditinggalkan.

Kerusakan bangunan menyebabkan kota mati total. Aktivitas penduduk areal terdampak terhambat. Memory perasaan takut, panic, dan was-was saat terjadi bencana mulai menyerang kondisi psikologis masyarakat. Keadaan pasca bencana ini membentuk sebuah tingkat stress yang tinggi. Mental masyarakat terguncang dan tidak stabil seperti sedia kala. Guncangan ini akibat kondisi sosial berubah. Adaptasi yang dilakukan masyarakat berlangsung lama dan membutuhkan pendampingan intensif secara berkala. 

Lalu apakah Stres itu?

Stres ialah keadaan dimana nalar dan psikologi manusia tidak bisa bekerjasama seperti keadaan normal. Dalam buku Stress Management  ( 2004:2 )  yang dialih bahasa oleh Widyastuti, palupi mendefinisikan bahwa stress ialah keadaan di mana manusia berada pada tingkat ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, emosional manusia. Secara umum istilah stress merujuk pada perilaku terguncang akibat adanya perubahan keadaan sekitar dari beberapa lingkup. 

Buku tersebut mengategorikan stress dalam 2 bentuk  yaitu: stress baik dan stress buruk. Stres baik selalu menimbulkan motivasi untuk bekerja produktif sedangkan stress buruk ialah sifat stress yang merugikan dan lebih menonjolkan aspek emosional. Stres buruk / Distress ini juga terbagi menjadi 2 yaitu: stres akut dan stres kronik. 

Sifat stres akut ialah kuat dan mudah menghilang. Gangguan stres akut ini seperti yang diklarifikasi dalam buku Penanganan PTSD ( Post Traumatic Stress Disorder ) karya Astuti, retna tri, dkk  yaitu: timbulnya reaksi panic, kebingungan mental sampai disosiasi. Sedangkan stres kronik sifatnya tidak kuat namun bertahan selama berhari hari seperti: masalah financial.

Awal mula kemunculan stres bisa jadi diakibatkan faktor internal maupun eksternal. Penyebab stres dinamakan stresor. Stresor ini menjadi akar timbulnya gejala stres. Seperti yang dikemas dalam buku " How to get Things Done " ( 2003 : 83 )  karya Jackman, Ann  menyebutkan ada 4 sumber stress yaitu :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun