Mohon tunggu...
Dertha Fanitullah
Dertha Fanitullah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Stay healthy

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Covid-19 Berdampak Pada Penurunan Kesehatan Mental

29 Juli 2021   13:42 Diperbarui: 29 Juli 2021   16:25 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seluruh masyarakat mungkin sudah paham dengan efek infeksi COVID-19, langkah langkah mencegah paparan COVID-19, dan tata cara untuk penyembuhan selama di rumah maupun di rumah sakit. 

Namun, ada beberapa hal penting yang perlu diketahui oleh masyarakat bahwa pandemi ini berpengaruh pada kesehatan mental.

Tahukah kalian apa itu kesehatan mental? Kesehatan mental yaitu keadaan dimana pikiran dan jiwa kita merasa tenang tanpa adanya usikan sedikitpun. Pandemi COVID-19 bukan hanya sekedar fenomena medis belaka. Fenomena ini juga dapat menyerang gangguan kecemasan, stress, stigma, dan xenofobia. 

Wajar saja jika banyak masyarakat yang terkena gangguan mental seperti ini, coba kita lihat dari contoh penerapan protokol
kesehatan, menjaga jarak antar individu seperti penutupan lembaga pendidikan, penutupan tempat kerja, dan tentunya penutupan tempat hiburan, mau tidak mau masyarakat harus tinggal di rumah untuk membantu memutus tali rantai penularan COVID-19 ini. 

Namun, tindakan pembatasan ini sudah dipastikan sangat mempengaruhi kesehatan sosial dan mental individu dari seluruh lapisan masyarakat. Contoh kasus nyata penurunan kesehatan mental dalam keseharian yang sangat sering terjadi :

1. Kalangan pendidikan dari mulai SD sampai perguruan tinggi tentunya anak anak maupun orang dewasa sangat susah untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang mungkin dapat berpotensi merusak kesehatan mereka.

2. Anak anak umur kisaran 7-17 tahun yang mungkin di rumah hanya melihat ke arah orang tua, sedangkan tidak semua orang tua dapat merespons anaknya dengan cara yang baik. Hal ini yang menyebabkan anak anak dapat mengalami kecemasan berat, kesusahan isolasi diri, dan lingkungan yang mungkin kasar dapat berdampak pada efek jangka panjang pada kesehatan mental mereka yg nantinya berpengaruh pada kepribadian anak. Beberapa perubahan umum dalam perilaku anak seperti menangis berlebihan, perilaku menjengkelkan.

3. Meningkatnya kesedihan, depresi, atau kekhawatiran, sakit kepala dan rasa sakit yang tak terduga di seluruh tubuh. Untuk membantu mengimbangi perilaku  negatif, mengharuskan orang tua untuk tetap tenang, menghadapi situasi dengan bijak, dan menjawab semua pertanyaan anak sesuai dengan kemampuannya, belum lagi jika orangtua sedang tidak akur di rumah karena penutupan tempat kerja, hal ini sangat memicu penurunan mental pada anak dan orang tuanya.

4. Orang lanjut usia juga lebih rentan terhadap penularan COVID-19 karena memiliki tubuh yang sistem kekebalan tubuhnya lebih lemah dari orang usia dewasa. 

Menurut para ahli medis, orang yang berusia 60 tahun ke atas lebih mungkin terkena COVID-19 dan dapat mengidap penyakit mental serius . Kondisi fisik yang mudah tertular virus dapat memiliki efek negatif yaitu turunnya kesehatan mental lanjut usia secara drastis.

5. Dokter, perawat, dan paramedis yang bekerja di garda terdepan untuk memerangi wabah virus ini mungkin lebih rentan terhadap gejala kesehatan mental. Takut akan tertular penyakit, jam kerja yang panjang, tidak tersedianya alat pelindung diri yang persediaannya tidak banyak, menanggung beban pasien, belum tersedianya obat COVID- 19 yang efektif, kematian rekan rekan medis setelah terpapar COVID-19, jarak sosial, isolasi yang sangat ketat bagi para nakes membuat mereka tidak bisa bertemu keluarga dan teman-teman, situasi yang sulit bagi pasien dapat membuat mereka selalu berfikir negatif, sehingga kesehatan mental tenaga kesehatan menjadi sangat turun drastis. Efisiensi kerja para tenaga medis yang profesional dapat menurun secara bertahap seiring dengan merebaknya pandemi virus ini.
6. Adanya stigmatisasi terhadap orang-orang yang baru saja menjalani karantina maupun isolasi diri, bahwa orang yang baru saja pulih harus diwaspadai dan dijauhi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun