Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... Penulis - Hanya orang biasa

Hidup ini indah kalau kita bisa menikmatinya.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Palsu (PPP Eps-14)

11 September 2019   05:24 Diperbarui: 11 September 2019   08:35 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Sejak menjabat sebagai Dewa Cinta, di waktu senggang Ferdi membaca kasus kasus yang pernah ditangani DC. Satu kekaguman yang membuatnya merasa tak mungkin menyamai Daniel adalah Zeuss. Ferdi menemukan keterlibatan dengan dengan bantuan Zeuss dan 14 kasus. Ia ingin bertemu Zeuss, tapi sampai saat ini ia belum menemukan kasus yang membuatnya harus meminta pertolongan Zeuss. Lagian, Zeuss tak sembarang mau ditemui orang. Zeuss semisterius bayangannya.

Seminggu kemudian, saat Ferdi ingin keluar makan siang, sebuah mobil telah menunggunya di parkiran sekuritas. Mobil Andi Tulani.  Andi Tulani melambaikan tangan melihat DC berjalan keluar.
DC tertegun. Buat apa cucunya yang sombong ini mencari kakeknya? Apa penyakit sombongnya kumat lagi. Walau jengkel, ia mendekati mobil Andi Tulani.
" Aku butuh bantuanmu. Parmita kumat lagi."
" Maksudmu, kesurupan lagi ?"
" Heeh. Ayo ikut aku,"
" Mau diajak kemana? Kalau ke rumahmu, aku butuh teman."
" Aku sudah memanggilmu kakek. Masih takut jebakan ?!" nada Andi Tulani jengkel.
 Mau tak mau DC masuk mobil Andi.
" Kapan Mita kesurupan lagi?" tanya DC di perjalanan.
" Tadi malam."
" Kenapa sekarang baru menjemputku ?"
" Lah, kesurupan kan bukan penyakit berbahaya. Dulu 7 hari baru sembuh juga tak kenapa napa."
Ferdi geleng geleng kepala melihat jalan pikiran Andi. " Kalau begitu, kenapa tak tunggu 7 hari kemudian baru datang ?" hantam DC.
" Kamu hobbi makan, kuajak makan siang dulu baru kumintai pertolongan. Itu lebih gampang."
" Kata siapa aku hobi makan ? " protes Ferdi.
" Janda tua di kantormu itu,"
" Dewi Not ?"
" Aneh namanya. Dewi, Not. Dewi, bukan. Kenapa bukan diberi nama Angel Not?"
" Not itu artinya Narkotika dan obat terlarang. Bukan Not yang artinya bukan. Bego di simpan." Skak DC.
" Ya, deh. Aku tak punya indra ke enam, apalagi ketujuh. Tentu selalu kalah ngomong darimu. Puas, kamu ?"
Sialan, dulu aku ketemu nenek nyolot, sekarang ketemu pengusaha nyolot. Apes apes apes ! Keluh Ferdi dalam hati.
Gara gara makan udang galah bakar di rumah Daniel, saat tiba di restoran DC meminta menu itu dari pemilik resto. Tentu saja pemilik resto kewalahan memenuhi permintaannya. Terpaksa disuguhkan menu pengganti alias udang goreng tepung. Ferdi hanya makan 3 ekor, padahal sepiring jumlahnya lebih dari 50 ekor. Lewat catatan kasus yang ditulis Santi, Ferdi membaca bahwa Daniel suka membungkus lauk restoran yang tak habis dimakan  untuk dibawa pulang dan dimakan bersama istrinya. Ferdi salut sikap Daniel itu. Hari ini ia menirunya. Ia minta sisa udang itu dibungkus untuk cemilan di waktu senggang.
Andi Tulani geleng geleng kepala.
" Aku tak menyangka Dewa Cinta  suka makanan sisa. " ejek Andi Tulani.
" Pernah engga kamu berpikir, jika kita memesan sepiring udang, hanya memakan setengahnya, setengahnya lagi diapakan oleh pemilik restoran ? "
" Dibuang."
" Itu kalau restoran bergengsi. Kalau restoran biasa, sisa makanan kamu itu di kumpulkan. Jika ada dua pelanggan  hanya makan separo, dikumpulkan jadi satu. Pemilik restoran akan memilih pelanggan cerewet sepertimu untuk diberikan gabungan dua kali setengah  makanan sisa itu. "
" Huh, aku tak percaya omonganmu."
DC membuka udang goreng yang dibawanya. " Coba amati, apa beda udang goreng ini dengan yang selalu disajikan saat kamu memesan?"
Andi Tulani melongo. " Jadi, kamu ingin mengatakan restoran tadi memberi kita makanan sisa?" balasnya.
" Aku tidak mengatakan demikian. Berpikirlah lebih logis. Jangan bego dipelihara. "
" Aku pelihara kumis, bukan bego."
" Tau membedakan makanan sisa atau bukan ?"
Mau tak mau Andi Tulani menggeleng.
" Masih tak ngaku memelihara bego ?"
" Itu tak ada hubungannya !" bantah Andi.
" Siapa bilang. Aku tahu membedakannya. "
" Apa itu kepintaran yang didapat dari indera keenammu ?" Nada Andi mengejek.
" Bukan. Membedakan makanan sisa atau bukan kalau itu udang goreng, hanya perlu menggunakan indera perasa. Udang yang baru digoreng jelas terasa hangat saat disajikan. Kalau sudah lama terbiar, pasti dingin. "
Andi baru sadar selama ini ia tak pernah memeriksa makanan yang diantar setelah dipesan. Mulai hari ini ia akan memegang setiap masakan yang diantar ke mejanya.
Mereka tiba di rumah Andi. Nyonya Tulani bersikap serba salah menyambut kedatangan DC. Mungkin bingung atas apa yang menimpa anaknya. DC langsung diajak Andi ke kamar Parmita. Sekali lagi dua kursi ditarik ke samping ranjang.
" Mita, ini aku DC datang menjengukmu."
" Mengganggu aja !"
DC merasa aneh. Suara Parmita sengau, seakan menahan nafas. Ia langsung tahu bukan Mita yang menjawab. " Apa aku berhadapan dengan Iwan Gunawan, "
" Kamu sok bodoh. Aku tahu kamu bisa melihatku. " Kembali suara sengau itu terdengar pertanda arwah Iwan yang bicara.
" Orang harus berlagak bodoh untuk menghindari masalah, Iwan. Itu baru sikap bijaksana. Nilai matematikamu berapa, Iwan ? "
Andi mendelik. Ia merasa DC ngawur. Pemborosan waktu. Bertanya yang bukan-bukan.
" Sembilan koma lima."
" Hebat. Apa Mita sering menyalin pr-mu?"
" Bukan. Dia memberiku senyum untuk ditukar dengan contekan saat ulangan."
Andai roh bisa kelihatan, Andi Tulani pasti mencekik roh Iwan. Matanya melotot.
" Seminggu yang lalu kamu menghilang saat aku berbicara dengan Mita. Kemana kamu, Iwan ?" tanya DC.
" Sakit hati mendengar omongan Mita."
" Kamu kembali pasti ada tujuannya."
" Ya. Aku ingin mengajaknya jadi pengantin arwah, menemaniku di alam baka."
Wajah Andi Tulani pucat pasi.
" Jangan, Iwan. Kamu tahu, di dunia berlaku satu aturan baku, manusia hanya menikah dengan sesama manusia, kalau menikah dengan arwah, itu hanya simbolis alias nikah bohongan. Ketika kamu masih manusia, mungkin kamu berjodoh dengan Mita. Ketika kamu meninggal, artinya Tuhan memisahkan kalian, jodoh kalian berakhir. Seharusnya kamu menjalani reinkarnasi, bukan ke Jakarta untuk mengganggu pria pria yang berminat menjadikan Mita istrinya. Maukah kamu membiarkan Mita menjalani takdirnya  sebagai manusia?"
" Kenapa Tuhan memisahkan kami?"
" Karena Tuhan ingin kamu menjadi lebih baik pada reinkarnasi berikutnya. "
Hening. Roh Iwan tidak bersuara.
Iwan Tulani memandang DC dengan takjub. Ia tak percaya orang semuda Jonatan berbicara tentang Tuhan, jodoh, reinkarnasi, sesabar ini. Apakah ini memang anugrah kesabaran untuk seseorang yang suka berbuat kebaikan ?
" Kalau aku menjalani reinkarnasi, apakah aku akan bertemu Mita di kehidupan berikutnya ?"
" Bisa saja kamu bertemu Mita, bisa saja kamu bertemu dengan seseorang yang lebih baik dari Mita, yang lebih mencintaimu, yang akan memberikan seluruh cintanya padamu, bukan hanya mengharapkan contekan sambil melempar senyum memikat."
Kembali terdiam.
" Maukah kamu melepaskan Mita, Iwan ?" DC bertanya dengan nada memohon.
" Dia menipuku dengan senyum palsu, memberiku cinta palsu. Aku marah padanya. Aku sudah melihat disini dia dengan gampang tertarik pada pria lain. Aku sakit hati,  ini sulit diobati."
 
 Bersambung

.
 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun