Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... Penulis - Hanya orang biasa

Hidup ini indah kalau kita bisa menikmatinya.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

KL Nai 08: Pembantu S-3 Belum Pernah Lihat Bandara?

28 Oktober 2017   20:00 Diperbarui: 28 Oktober 2017   20:08 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku menatap sosok itu. Tanpa sengaja tanganku terpegang jimat yang diberikan Ken.  Jimat itu kupegang serta kuelus elus. Tanganku tak pernah diam. Selama ini jika menjaga warnet tanganku selalu menekan tombol yang ada di keyboard.

Sosok itu diam saja dari bahu hingga ke kaki, kepalanya masih bergerak gerak seperti orang bingung. Aku yakin sosok ini manusia yang menyamar. Andai Kunti sungguhan, pasti sudah memasang taringnya untuk menakutiku, paling engga ber hihihihihihi layaknya di film film seram. Melihatnya diam aku semakin berani.

" Begini saja. Kuyakin sudah lama kamu tak makan enak. Gimana kalau kuminta pemilik lahan mengirim 3 ekor kambing guling plus 2 ekor kelinci panggang sebagai makananmu, anggaplah itu imbalan menyuruhnya pergi. Gimana, Kunti ?"

Kepala itu berhenti bergerak. Terdengar suara mirip orang sesak nafas. Pasti Kunti gadungan itu sedang membayangkan memakan 3 kambing guling plus 2 kelinci panggang. Pasti Kunti gadungan itu sesak nafas akibat air liurnya menyumbat pernafasannya.

" Bagaimana, Kunti ? Kalau kamu setuju, coba angkat tanganmu yang kanan, kalau tidak setuju, angkat tangan kiri." Kataku memberinya pilihan. Agak lama aku menunggu, lalu aku melihat sosok itu mengangkat tangan kanan.

Aku lega sekaligus senang. Tugasku selesai. 100 % yang dihadapanku ini Kunti gadungan. Kalau tidak, kenapa bisa diajak bernegosiasi?

" Oke, Kunti. TErima kasih atas kesediaanmu pergi dari tanah ini. Malam Jumat yang akan datang pemilik tanah ini akan mengirim permintaanmu kemari. Silahkan mengambil persembahan disini. Aku pamit. Sekali lagi terimakasih atas kerjasamamu, Kunti."

Aku hanya berbasa basi. Tugasku sudah selesai, sempat kulihat KUnti itu kepalanya diangguk anggukan 3 kali. Aku menoleh ke samping. Ifin masih merekam. Kuambil hape dari tangannya, kumatikan fungsi rekam, menyimpan hape, dan mengajak Ifin berlalu dari gundukan itu.  Kami kembali ke tempat  mobil diparkir. Aku langsung tancap begitu Ifin memasukkan perlahan dan duduk di sampingku.

"Beres ! Ternyata kamu benar benar sakti!" puji Ifin.

Aku tersenyum bangga. Aku ngebut supaya cepat tiba di rumah Ramli untuk menceritakan keberhasilan kami.

...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun