Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... Freelancer - Hanya orang biasa

Wa/sms 0856 1273 502

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Namaku Awai 273-274

3 Agustus 2018   05:19 Diperbarui: 3 Agustus 2018   05:46 971
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Butuh 900 ribu lagi agar ia bisa menyita rumah Tan Suki. Celakanya Huina mengatakan berhenti agar anaknya berpisah dari cucu musuhnya, hutangnya akan dicicil setelah Huina punya uang.

Bandar Judi tak pernah kehilangan akal. Ia akan terus berusaha agar rumah Tan Suki jadi miliknya. Caranya ? Ia mulai merencanakan sesuatu.

Tamu yang menginap di Megaria biasanya datang dari kota lain dengan menaiki kapal. Kapal tiba jam 5 sore. Tamu tamu mulai chek in. Biasanya tamu mengurus surat di kantor Bupati atau kantor Pemda lainnya, menginap satu atau 2 malam, lalu kembali dengan kapal ke kota asalnya. Kapal di Bengkalis ada 2 ship. Ship pagi berangkat jam 8 pagi, dan ship siang berangkat jam 1.

Merapikan kamar tidak sulit. Awai hanya mencopot sprei dan sarung bantal, lalu diberikan pada tukang cuci, setelah itu membuang sampah yang kebanyakan terdiri dari abu rokok, bungkus makanan dan kaleng minuman.

Jam 6 ia mulai membersihkan kamar mandi. Kamar mandi terletak di belakang penginapan, tepatnya di atas laut. Kamar mandi di Megaria ada 6. Tamu bergantian mandi. Sambil membersihkan kamar mandi Awai bisa melihat ke laut. Jika menoleh ke samping, akan terlihat dermaga pasar ikan dan dermaga kecil yang sering dijadikan tempat membuang makanan sisa dari kedai kopi Sudi Mampir.

Suatu sore, saat Awai keluar dari kamar mandi, ia melihat sebuah perahu kecil didayung seorang wanita dari dermaga tempat ia membuang sisa makanan ke sebuah celah diantara 2 rumah yang dapurnya berada di atas laut. Rumah semacam itu disebut rumah panggung. Awai mengenali perahu yang digunakan wanita itu adalah perahu yang terikat di bawah dermaga tempat ia membuang sisa makanan.

" Dia pasti si Hantu Laut, penolongku. " Guman Awai. Ia melambaikan tangan ke sampan itu. " Hai !!! Bibi !!! Aku disini !!! Aku ingin mengucapkan terima kasih atas pertolongamu !!! Hai !!! Hai !!! Kesini donk.... Aku ingin berterima kasih padamu !!!" teriaknya.

Wanita itu tetap mendayung, tidak mendengar teriakan Awai. Akhirnya wanita itu menghilang ke celah di antara 2 rumah. Awai segera membereskan pekerjaan, lalu pulang. Sambil pulang ia berjalan ke arah pasar. Ia menghitung dimana celah antara dua rumah yang dimasuki sampan penolongnya. Ternyata itu adalah belakang sebuah toko yang menyewakan komik, nama tokonya Bosanku. Ia masuk dan bertanya.

" Bang, di belakang tokomu ada jembatan kecil ya ? " tanya Awai.

" Ada, tapi bukan milikku. Toko ini kusewa dari pak Atai. jembatan itu milik pak Atai."

Hati Awai berdesir. " Aku tadi melihat seseorang yang pernah menolongku berperahu menujujembatan itu. Boleh aku menumpang kamar mandimu untuk memanggil wanita itu?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun